TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah kematian akibat letusan gunung berapi di Guatemala telah meningkat menjadi 65. Badan bencana nasional Guatemala, CONRED mengatakan jumlah korban tewas saat ini berjumlah 65 dan 46 orang terluka.
Hampir 2.000 orang berada di tempat penampungan dan lebih dari 3.200 telah dievakuasi dari daerah dekat gunung berapi di sebelah barat Guatemala City. Korban tewas banyak ditemukan di sekitar desa El Rodeo yang paling terpukul oleh letusan.
Baca: Gunung Berapi Guatemala Meletus, Bandara Internasional Ditutup
"Kami banyak mengevakuasi jasad dari timbunan abu vulkanik. Kami akan menunggu setengah jam sebelum masuk lagi," kata seorang relawan CONRAD, seperti dilansir ABC News pada 5 Juni 2018.
Menurut juru bicara Institut Nasional untuk Ilmu Forensik Guatemala, Mirna Zeledon, baru 13 mayat yang telah diidentifikasi sejauh ini.
Letusan gunung berapi Fuego atau 'Volcán de fuego' dalam bahasa Spanyol, memancarkan asap hitam super besar ke udara dan memuntahkan lahar panas sepanjang 8 kilometer pada Ahad, 3 Juni 2018.
Ini dianggap sebagai letusan paling parah dalam lebih dari empat dekade, memaksa penutupan bandara internasional utama Guatemala dan mempengaruhi ribuan hektar perkebunan kopi di lereng gunung berapi.
Baca: Gunung Meletus, Warga Guatemala Siap Diungsikan
Sebelumnya, Guatemala dihantam bencana letusan gunung pada September 2012 yang menyebabkan 10 ribu orang harus mengungsi ke tempat aman. Kemudian pada Februari 2015, lahar gunung berapi Guatemala meleleh hingga mendekat ke lapangan terbang utama negara tersebut.
Dalam catatan sejarah, Guatemala pertama kali dilanda letusan gunung berapi pada 1531. Guatemala memiliki dua gunung berapi yang siap meletus, di antaranya Gunung Pacaya yang terletak hanya 20 kilometer dari Kota Guatemala.
ABC NEWS|CBS NEWS