TEMPO.CO, Manila – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan kepada ahli Hak Asasi Manusia dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM PBB), Diego Garcia-Sayan untuk go to hell. Duterte juga memperingatkan lembaga internasional agar tidak melakukan campur tangan terhadap urusan domestik Filipina.
“Katakan kepada dia jangan mengintervensi urusan negara saya. Persetan dengan dia,” kata Duterte kepada media sesaat sebelum berangkat ke Korea Selatan pada Sabtu, 2 Juni 2018 seperti dilansir Reuters.
Baca: Dikecam Aktivis HAM dan PBB, Ini Sumpah Presiden Duterte
Pertanyaan Duterte ini terkait pencopotan Ketua Mahkamah Agung Filipina Maria Lourdes Sereno. Duterte menyebut Sereno sebagai musuh dan menyoal cara pengangkatannya sebagai hakim agung karena memvoting sebuah proposal pemerintah yang kontroversial. Sereno, yang dicopot rekannya sesama hakim agung, pernah memvoting penerapan hukum darurat perang di wilayah Selatan Filipina, yang diajukan Duterte.
Pencopotan Sereno itu mengejutkan para hakim agung dan anggota pengadilan internasional, Diego Garcia-Sayan. Garcia-Sayan juga merupakan seorang hakim independen dalam special UN rapporteur.
Baca: Duterte Ancam Lempar Penyidik HAM PBB ke Buaya?
Dalam pernyataannya ketika mengunjungi Filipina pada pekan ini, Garcia-Sayan mengatakan kedaulatan hukum mulai runtuh dan kemerdekaan pengadilan diserang di negara ini.
“Keputusan Mahkamah Agung diterbitkan dua hari setelah Presiden Filipina mengancam secara terbuka ketua MA dengan mengatakan dia adalah musuhnya dan dia harus diberhentikan dari pekerjaannya atau mengundurkan diri,” kata Garcia-Sayan seperti dilansir Rappler pada Jumat, 1 Juni 2018.
Duterte selama ini memang dikenal kerap menolak kewenangan lembaga internasional. Sebagai contoh, Duterte pernah mengecam Agnes Callamard, yang merupakan special rapporteur mengenai pembunuhan extrajudicial. Ini terkait program Duterte tentang perang melawan narkoba. Duterte juga pernah mengecam Presiden AS, Barack Obama, yang mengkritik kebijakan perang narkoba di Filipina, yang telah menelan korban jiwa sekitar 7000 orang. Versi pemerintah, jumlah korban tewas sekitar 4000 orang.