TEMPO.CO, Baku - Pemerintah Azerbaijan mengundang 10 jurnalis Indonesia untuk mengikuti program Familiarization Visit of Editors dari 26 Mei hingga 2 Juni 2018.
Program ini bertujuan memperkenalkan lebih dekat Azerbaijan kepada masyarakat Indonesia lewat informasi yang dilaporkan para jurnalis Indonesia, baik itu jurnalis yang bekerja di media cetak, elektronik maupun online.
Masyarakat Indonesia maupun Azerbaijan kurang mengenal satu sama lain. Warga negara yang pernah dikuasai Uni soviet ini lebih dekat dan akrab dengan budaya dan gaya hidup negara-negara Barat.
Hubungan diplomatik Indonesia dan Azerbaijan relatif baru dibandingkan dengan negara-negara Eropa maupun Asia. Hubungan kedua negara dimulai sejak 1992 atau setelah Azerbaijan menjadi negara merdeka dari Soviet. Azerbaijan kemudian resmi membuka kantor kedutaannya di Indonesia pada 12 Februari 2006. Indonesia membuka kantor kedutaannya di Baku empat tahun kemudian, yakni 2 Desember 2010.
Di hari pertama dan kedua di Azerbaijan, para jurnalis Indonesia termasuk Tempo diajak berkelilingi Baku, ibu kota Azerbaijan yang tertata dengan apik memadukan arsitektur kota abad 18 dengan abad 21 yang modern.
Para wartawan juga dipertemukan dengan sejumlah pejabat pemerintah, pengurus Dewan Pers Azerbaijan, jurnalis, dan tokoh agama dan komunitas lokal.
Saat menelusuri Kota Tua Baku, tampak jalan-jalan raya yang lebar dan tempat pejalan kaki yang dipayungi pohon-pohon rindang dan bunga-bunga musim semi membuat Baku menjadi kota yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki.
Baku pun menjadi kota yang bersih dari tumpukan atau serakan sampah. Got tidak ditemukan tersumbat atau berbau. Tong-tong sampah digunakan warga untuk membuang sampah.Suasana sore hingga malam di Bmalam, Azerbaijan, Minggu, 27 Mei 2018. [TEMPO/Maria Rita Hasugian]
Tempo hampir tak menemukan orang-orang meludah sembarangan di jalan umum atau membuang puntung rokok dari dalam mobil ataupun angkutan umum.
Taman-taman bermain warga kota dipercantik dengan penataan kursi, lampu kota dan angkutan umum yang membuat pengunjung betah berjam jam untuk bermain, ngobrol maupun untuk mencurahkan kerinduan pada kekasihnya.
"Azerbaijan merupakan pertemuan Barat dan Timur , kata Fazil Abbasov, Direktur Jenderal Azeri Observer International Magazine kepada 10 wartawan Indonesia.Dewan Pers Azerbaijan berdiskusi dengan 10 jurnalis Indonesia di gedun Dewan Pers Azerbaijan, Baku, Senin, 28 Mei 2018. [TEMPO/Maria Rita Hasugian]
Baca: Formula 1 Azerbaijan: 5 Hal yang Bakal Mengubah Peta Balapan 2018
Negara ini memang dengan sadar mendeklarasikan dirinya negara Muslim sekaligus sekuler. Sehingga sekalipun umat Muslim sedang menjalankan puasa, namun suasana Ramadan di Azerbaijan nyaris tidak terlihat. Semua berjalan seperti biasa, tak semeriah Ramadan di Indonesia.
Menurut Fazil, banyak hal tentang Azerbaijan yang perlu lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia. Sehingga warga kedua negara dapat saling bekerja sama dan saling menghormati dan sama-sama berkontribusi membangun perdamaian di kawasan maupun global.
MARIA RITA HASUGIAN