TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Brazil, Michel Temer, pada Ahad, 27 Mei 2018, waktu setempat, mengeluarkan keputusan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak atau BBM demi meredam aksi mogok massal supir truk di seluruh Brazil yang telah berlangsung selama sepekan.
Aksi mogok massal para supir truk ini dilatarbelakangi oleh kenaikan harga BBM yang meroket di Brazil sebagai akibat dari jatuhnya harga minyak dunia dan depresiasi perekonomian atau penyusutan mata uang di Brazil.
Aksi mogok masal tersebut telah berdampak fatal dan membuat lumpuhnya ekonomi Brazil. Pasokan makanan, BBM serta distribusi barang-barang ekspor terhambat karena aksi mogok massal ini. Banyak rumah sakit, sekolah, universitas, hingga jadwal penerbangan pesawat terpaksa menghentikan aktivitas mereka akibat aksi ini.
Aksi mogok masal pun telah menyebabkan kelangkaan barang di toko dan kekurangan stok BBM di stasiun pengisian bahan bakar.
Baca: Eks Presiden Brazil Didakwa Melakukan Praktik Korupsi
Michel Temer, Presiden Brazil sementara. REUTERS
Sebelum pemerintah Brazil memutuskan menurunkan harga BBM, para supir truk menutup jalan di seantero Brazil sehingga membuat Brazil tak punya pilihan selain mengeluarkan dekrit.
“Kami sudah melakukan langkah yang menjadi bagian kami untuk menyelesaikan persolan serta derita yang kita alami ini,” kata Temer, yang mulai khawatir hewan-hewan akan mati kelaparan bila kondisi ini tidak juga berakhir.
Baca: Korupsi, Mantan Presiden Brazil Dihukum 12 Tahun
Diantara keputusan pemerintah yang diterbitkan itu pada Ahad, 27 Mei 2018, yakni menurunkan harga bahan bakar diesel sebesar 12 persen yang semula US$.1,23 atau Rp. 17.200 per liter menjadi US$.0,13 atau setara Rp. 1.800 per liter dalam kurun waktu 60 hari. Namun setelah diskon harga minyak ini diberlakukan dalam waktu dua bulan, pemerintah secara bertahap akan menyesuaikan harga kembali.
Aturan lain yang terdapat dalam keputusan pemerintah ini adalah pengemudi truk tidak lagi dibebankan biaya oleh operator jalan tol saat mereka sedang tidak membawa muatan kargo. Selain itu, Brazil juga mengatur kenaikan upah minimum pengiriman barang sebesar 30 persen yang dibayarkan untuk para pengemudi truk.
Brazil merupakan negara anggota G20 yang dianggap maju dalam hal pembangunan ekonomi di dunia. Akan tetapi, dalam lima hari saja pemogokan supir truk berlangsung, negara ini telah mengalami kerugian hingga US$ 2,8 Milyar atau setara dengan Rp 391 milyar seperti dilansir surat kabar Folha de Sao Paolo.
Pemogokan supir truk semakin berdampak pada ekonomi Brazil mengingat 60 persen kegiatan ekonomi bertumpu pada distribusi barang. Sebagai konsekuensi, truk menjadi salah satu andalan distribusi barang baik dalam negeri atau ekspor akibat dari pembangunan rel kereta api yang buruk di negara tersebut. Harga BBM terus meningkat di Brazil sejak 2016 atau ketika mantan Presiden Dilma Rouseff dimakzulkan dan digantikan oleh wakilnya, Michel Temer.
REUTERS|FINANCIAL TIMES|BUSINESSTIMES|DW|RIOTIMES|RTNEWS|ZIKRIL HAKIM BADRI