TEMPO.CO, Jakarta - Irlandia kemungkinan akan meliberalisasi beberapa undang-undang aborsi di negara itu. Keputusan itu diambil setelah hasil pemungutan suara referendum soal aborsi memperlihatkan adanya suara yang meminta dilakukan perubahan pada hukum negara itu soal aborsi. Irlandia selama ini dikenal sebagai negara paling konservatif di Eropa.
Baca: Ada Lubang Pembuangan Janin di Klinik Aborsi Menteng
Ilustrasi pro-aborsi. REUTERS/Kevin Lamarque
Baca: Pengadilan India Bebaskan Dokter Aborsi Anak Korban Pemerkosaan
Dikutip dari Reuters, ketika suara pada Sabtu pagi 26 Mei 2018 mulai dihitung, kampanye LoveBoth terhadap liberalisasi mengakui bahwa suara yang masuk memperlihatkan sebuah gambaran suram atas upaya mempertahankan larangan yang telah diterapkan sejak 1983. Dalam referendum yang diselenggarakan pada Jumat, 25 Mei 2018, masyarakat Irlandia diminta memutuskan apakah akan mempertahankan atau menghapus amendemen konstitusi yang melarang aborsi dalam sebagian besar kasus.
Sebelumnya pada 2013, larangan aborsi bagi kandungan yang membahayakan nyawa Ibu, telah dicabut. Jika hasil referendum Jumat kemarin mengkonfirmasi menghapuskan amandemen konstitusi bahwa bayi yang belum lahir dan ibunya memiliki hak yang sama untuk hidup, maka ini akan menjadi sebuah sejarah perubahan bagi sebuah negara yang hanya melegalkan perceraian pada 1995 dan menjadi negara pertama di dunia yang mengadopsi pernikahan sejenis melalui referendum tiga tahun lalu.
"Sepertinya kami akan membuat sejarah," kata Perdana Menteri Irlandia, Leo Varadkar, yang mendukung perubahan, Jumat, 26 Mei 2018.
Proses perhitungan suara dimulai pada Sabtu, 26 Mei 2018, pukul 08.00 pagi waktu setempat dan akan diumumkan pada Minggu pagi, 27 Mei 2018. Para pendukung perubahan terlihat gembira dengan perhitungan suara sementara yang mengarah pada perubahan bagi amandemen undang-undang aborsi. Banyak dari mereka menangis bahagia dan saling berpelukan.
Kevin Humphries anggota senat kubu oposisi Partai Buruh, mengatakan hasil perhitungan sementara ini akuat. Humphries adalah mantan politisi yang mengkampanyekan lebih banyak akses bagi aborsi.