TEMPO.CO, Chicago -- Pengamat hubungan luar negeri Hoppi Yoon mengatakan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, akhirnya menyadari gaya diplomasi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, setelah rencana pertemuan puncak keduanya dibatalkan sepihak oleh Trump.
Hoppi juga mengatakan jika Kim Jong Un bisa menerima kesepakatan yang ditawarkan Trump maka pertemuan keduanya bisa terjadi. "Kim sepertinya bisa menerima tawaran Trump," kata Hoppi kepada Tempo lewat aplikasi WhatsApp, Sabtu, 26 Mei 2018.
Baca: Trump Sebut Rencana Pertemuan dengan Kim Jong Un Terbuka lagi
Hoppi, yang juga seorang pengajar dan bergelar profesor di President University, Cikarang, Indonesia, mengatakan pertemuan puncak Trump dan Kim membahas denuklirisasi secara penuh. Trump ingin menyelesaikan semua masalah dengan segera sekaligus.
Soal pernyataan sepihak Trump, yang sempat hendak membatalkan pertemuan dengan Kim, Hoppi mengatakan Trump menggunakan teknik diplomasi 'madman' atau 'orang gila'. Taktik diplomasi ini pertama kali diterapkan oleh bekas Presiden Richard Nixon saat berhubungan dengan pemimpin Cina Mao Zedong. "Ini gaya diplomasi yang cenderung kasar, menunjukkan keberanian besar, melakukan eskalasi tekanan berlebihan agar pihak lawan segera luluh," kata Hoppi.
Baca: Trump Batalkan Pertemuan Puncak dengan Kim Jong Un, kenapa?
Seperti diberitakan, Trump mengumumkan pembatalan tiba-tiba rencana pertemuan puncak dengan Kim Jong Un pada Kamis, 24 Mei 2018. Trump beralasan Korea Utara menunjukkan sikap bermusuhan yang nyata sehingga pertemuan kedua pemimpin untuk pertama kalinya itu tidak tepat digelar pada 12 Juni 2018. "Ini kemunduran besar bagi Korea Utara dan dunia," kata Trump.
Menanggapi ini, seperti dilansir Reuters, Korea Utara menyesalkannya namun menyatakan tetap terbuka untuk bertemu kapanpun dan dengan cara apapun untuk menyelesaikan masalah dengan AS. Korea Utara juga menyatakan apresiasinya atas upaya Trump menggelar pertemuan dengan Kim, yang belum pernah dilakukan Presiden AS sebelumnya.
Sehari kemudian, Trump mengubah nada bicaranya dan mengatakan pembicaraan intensif dan produktif antara AS dan Korea Utara terus berlangsung. "Kami sedang mengadakan sejumlah pembicaraan produktif untuk mengaktifkan kembali rencana pertemuan puncak, yang jika terjadi, akan tetap digelar di Singapura pada 12 Juni 2019," kata Trump kepada media di Gedung Putih, Jumat, 25 Mei 2018 seperti dilansir Reuters.
Hoppi, yang sedang berada di Chicago AS untuk liburan akademis, mengatakan peran Presiden Korea Selatan Moon Jae-in sebagai perantara Kim dan Trump juga sangat penting. "Ini skenario yang ada untuk melanjutkan diplomasi," kata Hoppi.