TEMPO.CO, Jakarta -Sejumlah gambar yang diambil dari satelit DigitalGlobe milik lembaga non-profit, Earthrise Media, memperlihatkan terdapat sekitar 400 gedung dibangun di pulau Subi wilayah kepulauan Spratly, Laut China Selatan. Para ahli mengatakan foto-foto ini mengindikasikan Beijing kemungkinan telah mengerahkan pasukan militernya ke pulau tersebut.
Baca: Cina Pasang Rudal di Laut Cina Selatan
Parade angkatan laut Cina di Laut Cina Selatan terlihat dari satelit pencitraan, 28 Maret 2018. CNN - Planet Labs
Baca: Cina Kritisi Amerika Serikat Cabut Undangan Latihan Militer
Pulau Subi berada di dekat Vietnam dan Filipina. Kedua negara ini terlibat dengan Cina dalam sengketa Laut Cina Selatan.
Melalui gambar-gambar satelit itu, terlihat banyak bangunan, radar dan bahkan sebuah lapangan basket yang diperkirakan dibangun di sana sejak 2014. Hampir ada sekitar 400 bangunan permanen di pulau itu.
"Subi telah menjadi pulau paling terkonstruksi oleh sebuah negara di Laut Cina Selatan," kata Dan Hammer, Pendiri Earthrise, seperti dikutip dari situs Businessinsider, Jumat, 25 Mei 2018.
Selain Subi, terdapat dua pulau buatan besar lainnya yaitu Mischief dan Fiery Cross, yang memiliki infrastruktur serupa. Diantaranya landasan rudal, fasilitas penyimpanan yang luas dan berbagai instalasi yang dapat melacak satelit, aktivitas militer asing dan komunitas.
Analisis keamanan Singapura, Collin Koh, dan sejumlah analisis lainnya mengatakan pulau Subi, Mischief dan Fiery Cross dapat menampung setidaknya 1.500 sampai 2.400 pasukan dalam sebuah resimen. Sedangkan para ahli keamanan regional mengindikasikan Subi mungkin akan menjadi rumah bagi pasukan militer pertama Cina yang bermarkas di jantung maritim Asia Tenggara.
Hingga berita ini ditulis, Kementerian Pertahanan Cina belum memberikan komentar terkait pembangunan yang terjadi di Pulau Subi maupun manfaat fasilitas-fasilitas yang ada di sana.
Sebelumnya, Beijing secara konsisten mengatakan fasilitas di Pulau Subi akan digunakan untuk kepentingan sipil dan pertahanan diri. Ding Dui, peneliti yang didukung oleh Pemerintah Cina untuk melakukan riset mengenai Laut Cina Selatan mengatakan Beijing membutuhkan adanya militer di Spartly untuk melindungi infrastruktur sipilnya.
Businessinsider | Reuters | CANDRIKA