TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyarankan para pengedar narkoba untuk tinggal di penjara jika ingin hidup lebih lama. Duterte memang dikenal keras dan brutal terhadap pengedar narkoba. Rodrigo Duterte berjanji untuk memberantas peredaran narkotika ilegal dan kriminalitas selama masa kampanye presiden. Duterte bahkan dikecam oleh aktivis HAM karena caranya memberantas peredaran narkoba di Filipina.
Pernah Rodrigo Duterte menyarankan polisi untuk menembak orang yang menolak ditahan dalam penyergapan, mengancam menjatuhkan bom kepada bandar narkoba, dan berjanji tidak akan ragu membunuh anaknya sendiri jika terlibat dalam narkoba.
Baca: Rodrigo Duterte: Kim Jong Un Pahlawan bagi Setiap Orang
Rodrigo Duterte juga akan melakukan perang salib terhadap bandar narkoba di Provinsi Cebu, dan menyatakan keuntungan bagi pengedar narkoba jika dipenjara.
"Bagi kalian (bandar narkoba) yang ada di Cebu, tetap tinggal di penjara. Kalau kalia ingin hidup lebih lama? Tinggal dipenjara. Cari alasan untuk masuk penjara. Itu bagus buat kesehatan kalian," tegas Duterte, seperti dilaporkan Russia Today, 23 Mei 2018.
Seorang wanita teriak histeris setelah melihat Nora Acielo, seorang tetangganya yang tewas tertembak oleh orang tak dikenal di pemukiman kumuh di Manila, Filipina, 8 Desember 2016. Kasus penembakan Acielo merupakan kasus ke-13 yang tercatat terkait narkoba dalam 24 jam terakhir dalam perang tanpa henti Presiden Rodrigo Duterte terhadap obat-obatan terlarang. AP Photo/Bullit Marquez
Meskipun pernyataan Rodrigo Duterte memicu kemarahan organisasi hak asasi manusia, termasuk Dewan Hak Asasi Manusia PBB, karena kampanye antinarkobanya di luar proses hukum yaang berlaku, Rodrigo Duterte tidak risau dan bersumpah untuk melanjutkan perang melawan narkoba. Bahkan baru-baru ini Rodrigo Duterte mencap Komisaris Hak Asasi Manusia PBB Zeid Ra'ad Al Hussein sebagai “anak pelacur”. Penghinaan ini sama dengan yang digunakannya kepada mantan Presiden AS Barack Obama beberapa tahun lalu. Duterte juga mengancam akan menangkap jaksa Pengadilan Pidana Internasional (ICC) yang meluncurkan penyelidikan awal terkait pelanggaran hak asasi manusia di Filipina.
Baca: Sepekan ASEAN: Duterte, Hun Sen, Blogger Hilang, Kamboja Berdarah
Hingga kini polisi Filipina menyatakan mereka telah menewaskan lebih dari 4.100 orang dalam operasi antinarkoba sejak Juli 2016. Namun, kelompok hak asasi manusia menuduh jumlah tiga kali lipat dari laporan resmi.
Rodrigo Duterte sebelumnya juga membanggakan diri karena membunuh orang yang dicurigai sebagai penjahat saat menjadi walikota di selatan Davao sebelum terpilih sebagai Presiden Filipina pada 2016.