TEMPO.CO, Adelaide - Uskup Agung Adelaide, Australia Selatan, Philip Wilson, dinyatakan bersalah karena menyembunyikan informasi soal pelecehan seksual anak oleh seorang rekan imam. Dia mengatakan akan mundur dari posisinya.
Wilson, 67 tahun, mengumumkan keputusannya itu pada Rabu, 23 Mei 2018, setelah dinyatakan bersalah oleh pengadilan setempat karena terbukti menyembunyikan informasi soal pelecehan anak-anak altar oleh seorang imam pedofil.
Baca: Paus Fransiskus Minta Maaf ke Korban Pelecehan Seksual di Cile
Wilson, yang merupakan pejabat tertinggi Katolik secara global yang dihukum karena kasus pelecehan seksual ini, menghadapi hukuman penjara hingga dua tahun, yang akan dibacakan pada Juni 2018. Dia mengatakan akan mundur pada Jumat, 25 Mei 2018, ini.
"Adalah tepat dengan terungkapnya beberapa kebenaran, saya harus beranjak dari tugas saya sebagai Uskup Agung," katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir CNN pada Rabu, 23 Mei 2018.
Baca: Vatikan Serius Pelajari Dokumen Pelecehan Anak di Australia
Wilson mengatakan dia mempertimbangkan alasan putusan pengadilan itu namun dia tidak menunjukkan akan naik banding.
Seperti dilansir Reuters, Wilson dinyatakan bersalah karena menyembunyikan tindak pelecehan seksual oleh Pastor James Fletcher di negara bagian New South Wales pada 1970-an.
Saat itu, Wilson adalah seorang imam junior sedangkan Fletcher adalah seorang imam Katolik yang tinggal di Hunter Valley. Fletcher melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak lelaki altar.
Wilson didakwa pada 2015 dengan tidak melaporkan pelecehan Fletcher kepada polisi meskipun anak-anak yang menjadi korban telah menceritakan pengalaman mereka sebagai korban pelecehan seksual.
Fletcher telah meninggal di penjara pada 2006 atau setahun setelah dinyatakan bersalah atas delapan tuduhan pelecehan anak. Fletcher dijatuhi hukuman 10 tahun.
Pengadilan Newcastle memutuskan pada Selasa, anak-anak altar yang menjadi korban pelecehan seksuai itu telah memberi tahu Wilson tentang pelecehan yang terjadi. Namun, Wilson tidak pernah melaporkannya ke penegak hukum karena ingin melindungi reputasi gereja.
Pada Desember 2017, Komisi Kerajaan di Australia membuat rekomendasi bahwa Vatikan harus bergerak untuk mengubah hukum kanonik kuno untuk mengurangi risiko pelecehan seksual anak di masa depan. Penyelidikan ini mendapatkan informasi bahwa sekitar 7 persen imam Katolik, yang bekerja di Australia antara 1950 dan 2010, dituduh melakukan kejahatan seks terhadap anak .