TEMPO.CO, Jakarta - Nicolas Maduro kembali memenangi pemilu Presiden Venezuela. Ia akan menjabat presiden untuk masa jabatan enam tahun di negara yang tengah dilanda krisis ekonomi tersebut.
Baca: Pemilu Venezuela 20 Mei, Presiden Maduro Maju Lagi
Kepala Dewan Pemilihan Nasional Tibisay Lucena mengumumkan kemenangan Maduro setelah lebih dari 90 persen suara dihitung. Maduro memperoleh 67,7 persen suara dengan lawan utamanya, Henri Falcon, mendapatkan 21,2 persen suara.
"Maduro meraih 5,8 juta suara melawan 1,8 juta suara pemilih Falcon," kata Lucena, seperti dilansir CNBC pada Senin, 21 Mei 2018.
Dewan menyatakan total jumlah pemilih pada pemilu yang berlangsung Minggu, 20 Mei 2018, itu tercatat hanya 46,1 persen, turun dari 80 persen yang terdaftar dalam daftar pemilih presiden pada 2013 menyusul boikot oposisi utama Venezuela.
Baca: Krisis Venezuela, AS Bekukan Aset Presiden Maduro
Ketika keputusan diumumkan, pendukung Maduro menembakkan petasan di lingkungan tempat tinggal kaum miskin sambil menari tarian Latin di tepi Miraflores, istana kepresidenan.
"Mereka meremehkan saya," ucap Maduro kepada pendukungnya di panggung di luar Miraflores di pusat Kota Caracas ketika kembang api terdengar dan confetti jatuh ke kerumunan.
Kemenangan untuk mantan sopir bus berusia 55 tahun itu, yang menggantikan Hugo Chavez seusai kematiannya akibat kanker pada 2013, dapat memicu babak baru sanksi Barat terhadap pemerintah sosialis karena bergulat dengan krisis ekonomi.
Baca: Jatuh-Bangun Venezuela dari Krisis Ekonomi
Pemerintahan Donald Trump menuturkan partainya tidak akan mengakui pemilihan yang memalukan dan mempertimbangkan sanksi terhadap minyak Venezuela.
Masa jabatan Nicolas Maduro selama enam tahun berikutnya akan dilalui dengan tuntutan untuk memperbaiki ekonomi Venezuela yang hampir mati, dengan mata uang bolivar turun 99 persen pada tahun lalu dan inflasi tahunan sebesar 14 ribu persen.
CNBC | NEW YORK TIMES