TEMPO.CO, Jakarta - Maroko menunda rencana untuk kemitraan kota kembar Rabat dengan Guatemala City sebagai protes pemindahan kedutaan besar Guatemala di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Hal ini disampaikan wakil walikota ibukota Rabat, Sabtu 19 Mei, seperti dilansir dari Reuters.
"Setelah keputusan Guatemala untuk mendirikan kedutaan besar di Al Quds (Yerusalem), dewan kota Rabat dengan suara bulat memutuskan untuk menunda pemeriksaan proyek kota kembar dengan Guatemala City sebagai solidaritas dengan rakyat Palestina," kata wakil walikota Rabat, Lahcen El Amrani.
Baca juga:
Sebelumnya dewan kota Rabat sepakat pada proyek kerjasama kota kembar dengan Guatemala City minggu lalu. Guatemala telah membuka kedutaan besar di Rabat, Maroko, yang merupakan kedutaan besar Guatemala kedua di Afrika, pada November 2017.
Baca: Ikuti Jejak AS, Guatemala Resmikan Kedubes di Yerusalem
Sejumlah anggota geng motor Samson Riders melintasi jalan menuju Kedutaan Besar AS yang baru di Yerusalem saat melakukan konvoi dari Tel Aviv, 13 Mei 2018. Mereka menunggangi Harley Davidson saat menggelar konvoi tersebut. REUTERS
Guatemala membuka kedutaan besar di Yerusalem pada Rabu 16 Mei lalu, dua hari setelah Amerika Serikat meresmikan kedutaan besarnya di Yerusalem, yang membuat marah warga Palestina dan memicu kecaman dunia.
Israel menganggap Yerusalem sebagai ibukota seperti halnya Palestina juga berkeinginan untuk memiliki ibukota negara merdeka di Yerusalem. Namun sebagian besar negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel memiliki kedutaan di Tel Aviv dan tidak mengikuti langkah Amerika Serikat dengan alasan status Yerusalem masih harus ditentukan dalam pembahasan lebih lanjut.
Baca: Inggris Salahkan Amerika Serikat Pindahkan Kedutaan ke Yerusalem
Sejak peresmian kedutaan baru Amerika Serikat di Yerusalem, tentara Israel telah menewaskan 60 demonstran Palestina di perbatasan di Gaza. Israel berdalih kerusuhan di perbatasan dihasut oleh Hamas, yang memiliki basis di Gaza. Namun Hamas membantah tudingan ini.
Sementara para pemimpin negara-negara Muslim telah menyerukan pasukan internasional untuk melindungi Palestina, menyusul pembunuhan 60 lebih pengunjuk rasa oleh pasukan Israel di Gaza sepekan ini, seperti dilansir dari Aljazeera.
Dalam KTT Organisasi Kerjasama Islam atau OKI di Istanbul menyuarakan tekad untuk mengambil tindakan terhadap negara-negara yang memindahkan kedutaan besar ke Yerusalem, seperti yang telah dilakukan Amerika Serikat.