TEMPO.CO, Washington - Menanggapi tragedi penembakan di Texas, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan penembakan massal di sekolah telah berlangsung terlalu lama di AS. Trump menyampaikan ucapan belasungkawa.
Trump mengatakan ini dalam pernyataan publik pertamanya mengenai penembakan siswa Sekolah Menengah Atas Santa Fe, Texas, yang menewaskan 9 siswa dan 1 guru pada Jumat, 18 Mei 2018 waktu setempat.
Baca: Penembakan di Texas, 9 Siswa SMA dan 1 Guru Tewas
"Sayangnya, saya harus mulai dengan mengungkapkan kesedihan dan hati yang hancuri atas penembakan mematikan di Santa Fe High School di Texas," kata Trump, seperti dilansir CNN pada Jumat, 18 Mei 2018. "Ini sudah berlangsung terlalu lama di negara kita, berdekade lamanya."
Trump mengatakan pemerintah federal sedang berkoordinasi dengan pejabat setempat untuk menangani masalah ini. Seperti dilansir Time, Trump mengatakan ini sebelum pertemuan puncak di Gedung Putih mengenai reformasi penjara.
Baca: Penembakan di Texas, Pelaku Siapkan Bom dan Panci Berpaku
Pada Jumat sore, Trump memerintahkan pengerekan bendera setengah tiang untuk mengenang para korban. "Kami berduka atas kehilangan nyawa yang mengerikan dan mengirimkan dukungan kami kepada semua orang yang terkena dampak serangan yang benar-benar mengerikan ini," kata Trump.
Pernyataan publik Trump ini diberikan menyusul kecaman terhadap cuitan kontroversialnya di Twitter sesaat setelah penembakan itu terjadi.
“Penembakan di sekolah di Texas. Laporan awal tidak terlihat bagus. Tuhan memberkati semua! ” cuit Trump.
Banyak orang, termasuk publik figur menyayangkan cuitan Trump itu. Mereka kesal karena merasa bahasa itu tidak menunjukan kepekaan terhadap situasi menyedihkan tersebut, terutama bagi orang tua siswa di sekolah.
Pada Jumat pagi, 18 Mei 2018, Dimitrios Pagourtzis menembaki temannya di sebuah kelas seni di Sekolah Menengah Atas Santa Fe, Texas.
Saat melakukan aksinya, Pagourtzis sempat berteriak di ruang kelas seni itu. “Kejutan,” ucapnya, lalu melakukan penembakan menggunakan senapan dan pistol revolver kaliber 38.
Dari sepuluh orang korban tewas penembakan itu, dua di antaranya guru bernama Cynthia Tisdale dan siswa pertukaran pelajar asal Pakistan, yaitu Sabika Sheikh.