TEMPO.CO, Washington - Senat Amerika Serikat setuju untuk melantik Gina Haspel sebagai direktur baru Central Intelligence Agency, CIA.
Haspel diangkat sumpahnya pada Kamis malam, 17 Mei 2018 waktu setempat setelah 54 Senator menyetujui pengangkatannya dengan 45 yang menolak.
Dengan ini, Haspel menjadi direktur wanita pertama CIA, meskipun penunjukannya menuai kontroversi mengingat metode penyiksaan kejinya dalam investigasi para tersangka pelaku teror.
Baca: Calon Direktur CIA Janji Hentikan Penyiksaan Tahanan Teroris
"Selamat kepada Direktur CIA baru kami, Gina Haspel!" demikian cuit Presiden Donald Trump, seperti dilansir Time pada 17 Mei 2018.
“Gina Haspel merupakan orang yang paling memenuhi persyaratan yang bisa dipilih Presiden untuk memimpin CIA. Dia juga merupakan kandidat paling siap dalam 70 tahun sejarah lembaga itu,” kata Richard Burr, dari Partai Republik seperti dilansir CNBC.
Gina Haspel, yang dinominasikan Presiden Donald Trump untuk memimpin CIA, adalah seorang veteran Black Ops. Dia pernah menjalankan operasi interogasi rahasia di Thailand. Wanita yang sudah 33 tahun menjadi bagian dari CIA itu dituduh terlibat dalam kegiatan penyiksaan para tahanan.
Sejumlah pejabat intelejen yang pernah bekerja dengannya mengatakan Haspel bertanggung jawab atas pembentukan penjara rahasia dengan kode "Mata Kucing". Ini terjadi pada masa pemerintahan Presiden W. Bush. Ada dua anggota militan Al Qaeda yang mengalami penyiksaan di penjara itu. Mereka, misalnya, mengalami waterboarding, yaitu salah satu teknik penyiksaan menggunakan air.
Baca: Gina Haspel, Direktur Perempuan Pertama CIA Pilihan Trump
Reputasi publik Haspel didasarkan pada hubungannya dengan 'penjara hitam', yang dijalankan CIA di Thailand dari 2002 untuk tahanan pasca-911.
Laporan media mengatakan Haspel memimpin penyiksaan terhadap tersangka kunci al-Qaeda, Abu Zubaydah, dan Abd al-Rahim al-Nashiri, yang diinterogasi dan berulang kali ditempatkan di penjara itu.
CIA selalu menyatakan apa yang dilakukan timnya sebagai legal.
Haspel kemudian dituduh melakukan penghancuran rekaman video CIA, yang merekam sesi penyiksaan itu. Pengacara tahanan Al-Qaeda telah menuntut penyerahan rekaman bukti di pengadilan.
Namun Haspel, yang menguasai bahasa Turki dan Rusia, dibebaskan dari tuduhan pelanggaran. Penyiksaan sejak itu telah secara eksplisit dilarang oleh pemerintah. Dan terlepas dari dukungan Trump, tidak ada laporan tentang badan intelijen AS yang kembali melakukan praktek itu.
Meskipun memiliki masa lalu kontroversial, kemunculan Haspel tidak mengejutkan. Haspel sebelumnya menjabat sebagai deputi direktur CIA dan memimpin operasi bawah tanah (clandestine) intelijen di seluruh dunia. Ini adalah sebuah misi CIA, yang telah mendapat kepercayaan baru dalam beberapa tahun terakhir.
Haspel adalah penduduk asli Kentucky tetapi dibesarkan di seluruh dunia sebagai putri seorang prajurit Angkatan Udara.
Haspel, 61 tahun, bergabung dengan agen mata-mata AS itu pada 1985 dan menjabat sebagai kepala di beberapa pos CIA di seluruh dunia. Dia bekerja samaran selama hampir tiga dekade di CIA di Afrika, Eropa dan lokasi-lokasi rahasia di seluruh dunia.
Karirnya terus melesat sejak itu. Dia mendapatkan pekerjaan sebagai wakil direktur National Clandestine Service, dan akhirnya ditunjuk menjadi direktur layanan CIA pada tahun 2013.
Tapi dia langsung diganti atas perannya dalam operasi interogasi pasca 911, yang melibatkan metode yang dianggap menyiksa, seperti waterboarding. Posisinya berubah di bawah Trump, yang telah menyatakan dukungannya untuk penggunaan penyiksaan dalam interogasi tahanan.
Haspel mengambil alih posisi direktur CIA, yang ditinggalkan Mike Pompeo. Pompoe saat ini menjadi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat menggantikan Rex Tillerson.