TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, melakukan perjalanan ke Kairo, Mesir, pada Minggu sebelum Amerika Serikat memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem.
Gerakan Hamas Palestina telah merencanakan demonstrasi besar di Gaza sebagai protes terhadap langkah kontroversial Washington.
Dikutip dari Asharq Al-Awsat, Haniyeh dan anggota Hamas lainnya akan bertemu dengan kepala dinas keamanan Mesir, kata sumber Hamas, di tengah meningkatnya spekulasi bahwa Mesir sedang berusaha untuk menegosiasikan kesepakatan dengan gerakan itu untuk meredakan potensi kekerasan pada Senin. Namun Hamas menolak berkomentar lebih jauh tentang kepergian Haniyeh.
Baca: Presiden Trump Resmikan Kedutaan AS di Yerusalem Lewat Video
Seorang demonstran wanita menggunakan ketapel saat melakukan aksi protes menuntut hak untuk kembali ke tanah air mereka di perbatasan Israel-Gaza, 11 Mei 2018. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Puluhan ribu warga Palestina diperkirakan berkumpul di sepanjang perbatasan antara Gaza dan Israel Senin untuk memprotes saat AS membuka kedutaannya.
Pemimpin Hamas telah menyuarakan dukungan dalam beberapa hari terakhir untuk upaya mematahkan pagar ke Israel, meskipun kemungkinan itu mengarah ke pertumpahan darah.
Baca: Perempuan Palestina Dalam Demonstrasi di Gaza
Media Arab berspekulasi Mesir dapat melonggarkan perbatasan dengan Gaza dan menawarkan bantuan ekonomi sebagai imbalan bagi para pengunjuk rasa agar tidak menerobos pagar.
Haniyeh diperkirakan kembali ke Gaza pada Minggu malam menjelang protes.
Pekan lalu, pemimpin Hamas di Gaza, Yehya Sinwar, mengatakan mediator internasional dan regional datang menawarkan tindakan untuk meredam demonstrasi.