TEMPO.CO, Jakarta -Adik kandung mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menyambut gembira kemenangan koalisi partai oposisi pimpinan Mahathir Mohamad. Nazir Razak, nama adik Najib itu, menilai pemerintahan kakaknya telah gagal mengatasi kekakuan struktural dan vested interest.
Nazir menyambut kemenangan Mahathir, 93 tahun, melalui akun Instagramnya, seperti dikutip dari Channel News Asia, 11 Mei 2018.
Baca: Anak Tiri Najib Razak Curcol Skandal 1MDB di Facebook, Lalu Viral
"Congratulations YAB Tun Mahathir, 7th PM of Malaysia. Tak ada kata yang pas menggambarkan perjalanan kembali ke kantor lamanya. Malaysia telah juga mengesampingkan keanehan dan kecenderungan global dengan transisi kekuasaan yang berlangsung damai sejalan dengan keinginan rakyat-Malaysia, ikon baru demokrasi," kata Nazir di akun Instagramnya dengan menyertakan foto lama ayahnya, mantan Perdana Menteri Abdul Razak Hussein berjabat tangan dengan Mahathir Mohamad.
Mahathir, eks Perdana Menteri Malaysia, memenangkan pemilu Malaysia pada 9 Mei 2018 dengan suara mayoritas. Partai Barisan Nasional yang mendukung Najib Razak kalah telak. Ini pertama kalinya Barisan Nasional kalah sejak 61 tahun lamanya berkuasa.
Baca: Raja Malaysia Setuju Beri Pengampunan kepada Anwar Ibrahim
Selain mengucapkan selamat, Nazir juga membandingkan Mahathir dengan ayahnya, Abdul Razak dalam membangun Malaysia.
"Mereka berdua berbagi kebulatan tekad untuk membangun bangsa dengan kemampuan mereka yang terbaik hingga pada batas pengorbanan pribadi," kata Nazir yang kini menjabat sebagai Presiden CIMB Group Holdings Bhd.
Mahathir mengatakan, penyesalan terbesarnya adalah membuat keputusan untuk membantu Najib Razak menjadi perdana menteri Malaysia waktu itu.
Baca: Mahathir Menang Pemilu, Jadi Perdana Menteri Malaysia Lagi
Dalam pemilu Malaysia 9 Mei 2018 lalu, Mahathir bergandengan tangan dengan partai oposisi yang didirikan Anwar Ibrahim untuk mengalahkan partai pendukung Najib Razak, Barisan Nasional. Mahathir saat berkuasa sebagai perdana menteri tahun 1998, menyingkirkan Anwar Ibrahim sebagai wakil perdana menteri atas tuduhan korupsi dan sodomi.