TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia menyambut baik pembebasan tiga warga negara Amerika oleh Korea Utara. Tetapi mereka menuntut pengungkapan penuh jaringan kamp kerja paksa dan penjara politik di negara tertutup itu. Mereka juga mendesak pembebasan ratusan warga negara asing, yang diculik untuk melatih agen Pyongyang.
Komite Hak Asasi Manusia untuk Korea Utara, HRNK, mengatakan pembebasan Kim Dong-chul, Kim Sang-duk dan Kim Hak-song adalah berita suka cita.
Baca: PBB Desak Rezim Korea Utara Bebaskan 6 Tahanan Korea Selatan
Namun, organisasi yang bermarkas di Washington, Amerika Serikat, itu menambahkan dunia masih harus mengingat ada warga negara Jepang, Korea Selatan dan negara-negara lain, yang diculik dan ditahan di Korea Utara.
Pembelot Um Ye-run tinggal di Kota Seoul, Korea Selatan, bersama putrinya. Al Jazeera.
“Ini juga waktu untuk mengingat 120 ribu pria, wanita dan anak-anak, yang ditahan di kamp penjara politik Korea Utara, serta tahanan politik yang ditahan di fasilitas penahanan tidak sah lainnya," begitu bunyi pernyataan dari HRNK seperti dilansir Telegraph, Kamis, 10 Mei 2018.
Baca: Balik Ke Korea Utara, Menlu Amerika Matangkan Persiapan KTT
Diperkirakan ada sekitar 85.000 warga Korea Selatan dipaksa pindah ke Korea Utara selama Perang Korea tiga tahun, yang berakhir pada 1953. Sementara tambahan 3.800 diculik setelah konflik berakhir. Mereka termasuk nelayan yang kapalnya dicegat, siswa sekolah menengah dan awak pesawat udara Korea Selatan, yang dibajak pada tahun 1969.
Korea Selatan percaya sekitar 480 warganya masih ditahan di Utara.
3 Tahanan AS di Korea Utara
Pemerintah Jepang secara resmi mendaftar 17 warganya sebagai korban penculikan, lima di antaranya diizinkan kembali ke Jepang pada 2002. Pyongyang mengklaim sisanya meninggal secara alami atau kecelakaan, atau tidak pernah di Korea Utara.
Agen mata-mata Korea Utara juga diyakini berada di balik hilangnya Doina Bumbea, seorang Rumania yang tinggal di Roma pada 1978 dan Anocha Panjoy, seorang warga negara Thailand yang bekerja di Macau ketika dia diculik pada tahun 1973. Kedua wanita itu dikabarkan dipaksa menikah dengan desertir militer Amerika Serikat di Korea Utara.
Agen-agen Pyongyang juga diyakini menculik sejumlah orang yang tidak dikonfirmasi dari Malaysia, Singapura, Lebanon, Yordania, Prancis, Italia dan Belanda.
PBB juga telah mendesak Korea Utara untuk segera membebaskan 6 warga Korea Selatan, termasuk tiga misionaris injili dan tiga pembelot Korea Utara dengan kewarganegaraan Korea Selatan.