TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Komandan Garda Revolusi Iran, Jenderal Hossein Salami mengatakan, Iran tidak takut kepada sanksi atau serangan Amerika Serikat. Keterangan tersebut disampaikan kepada media sebagaimana dikutip kantor berita Fars.
"Bangsa kami tidak takut terhadap sanksi atau serangan Amerika Serikat. Musuh kami, termasuk Amerika, rezim Zionis dan sekutunya di kawasan ini harus tahu bahwa Iran siap menghadapi skenario paling buruk dan ancaman," ujarnya menambahkan.
Baca: Iran: Pembatalan Kesepakatan Nuklir Amerika Serikat Tak Diterima
Orang-orang mendengarkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei saat dia memberikan pidato dalam sebuah upacara yang menandai ulang tahun kematian pendiri Republik Islam Ayatollah Ruhollah Khomeini, di Teheran, Iran, 4 Juni 2017. Seorang pria bersenjata melepaskan tembakan di kompleks mauseoleum ini. Beberapa orang luka-luka dalam serangan ini. REUTERS
Salami membuat pernyataan beberapa jam sebelum Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan akan membatalkan perjanjian nuklir dengan Iran yang diteken antara Negeri Mullah dengan kekuatan dunia di Wina, Austria, pada 2015.
Trump dalam pidatonya di televisi mengatakan dari Gedung Putih, tulis Middle East Monitor, dia akan menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran dan menarik kembali kesepakatan perjanjian nuklir.Presiden Iran Hassan Rouhani berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian, di Teheran, Iran, 5 Maret 2018. President.ir/Handout via REUTERS
Sikap Amerika Serikat tersebut mendapatkan kecaman dan tantangan dari Presiden Iran Hassan Rouhani.
Rouhani mengatakan Teheran tak bisa menerima kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump membatalkan kesepakatan nuklir yang telah diteken. "Pembatalan itu tak bisa diterima," kata Rouhani, seperti dikutip Al Jazeera, Rabu, 9 Mei 2018.
Baca: Israel dan Arab Saudi Dukung Sikap Amerika Serikat Soal Nuklir
Sementara itu, Israel dan Arab Saudi yang menjadi sekutu Amerika Serikat menyatakan memberikan dukungan sepenuhnya terhadap kebijaksanaan Presiden Trump.