TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Israel yang dihukum menembak mati seorang warga sipil Palestina yang terluka dibebaskan dari penjara setelah menjalani masa hukuman sembilan bulan.
Dikutip dari Aljazeera, 9 Mei 2018, Elor Azaria, divonis 18 bulan penjara karena membunuh Abdul Fatah al-Sharif di kota Hebron, Tepi Barat, pada Maret 2016. Azaria mulai menjalani hukuman pada 9 Agustus 2016.
Namun Panglima IDF, Gadi Eisenkot, mengurangi masa hukumannya hingga empat bulan. Menurut militer Azaria dibebaskan karena berkelakuan baik selama masa penahanan.
Baca: Tentara Israel Pembunuh Remaja Palestina Bebas
Tentara Israel membawa jenazah salah satu dari dua warga Palestina setelah insiden di Tel Rumeida [Reuters]
Sebelumnya angkatan darat mengatakan Azaria, 21 tahun, dibebaskan dari penjara militer Tzrifim di Tel Aviv, Israel, pada 10 Mei. Namun media Israel menyebut ia dibebaskan dua hari lebih cepat untuk menghadiri pernikahan saudaranya pada Rabu.
Elor Azaria diadili setelah video penembakan terhadap warga sipil beredar luas di internet dan dikecam kelompok HAM Israel.
Baca: Lagi, Wartawan Palestina Tewas Ditembak Tentara Israel
Video yang beredar memperlihatkan al-Sharif, 21 tahun, yang terluka dan terbaring di tanah, ditembak bersama karena dituduh melakukan penusukan terhadap salah satu tentara Israel.
11 menit usai tembakan pertama, Azaria, yang berapangkat sersan dan medis saat kejadian berlangsung, membangunkan al-Sharif yang terluka dan langsung menembak kepalanya.
Ibu dari Abdul Fattah al-Sharif memegang foto anaknya saat aksi protes di Hebron, Tepi Barat, 4 Januari 2017. [Xinhua]
Baca: Hadapi Demonstran Gaza, Israel Gunakan Peluru dan Gas Mematikan?
Menurut pengakuan Azaria, ia menembak karena takut jika al-Sharif mengenakan rompi peledak dan meledakan diri. Namun hakim menolak pembelaan Azaria.
Keluarga al-Sharid menyebut penembakan itu tidak manusiawi dan lebih dari eksekusi kejam. Lembaga HAM PBB juga menyebut vonis yang dijatuhkan kepada Azaria tidak sepadan.
Pemerintah Israel, terutama Perdana Menteri Benjamin Netenyahu, meminta Azaria diampuni saat disidang. Netanyahu juga mengaku senang Azaria bebas.
Sementara Menteri Transportasi dan Intelijen Israel, Katz, mendesak agar catatan kriminal Azaria dihapus.
"Saya meminta Presiden Reuven Rivlin untuk menghapus catatan kriminal Elor sehingga ia bisa melanjutkan kehidupan sipilnya, ujar Katz.