TEMPO.CO, Jakarta - Suasana politik Malaysia mulai menghangat menjelang sehari pelaksanaan pemilu yang akan digelar pada 9 Mei 2018. Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, sedang menghitung hari, apakah mampu menahan gelombang perlawanan dari kubu oposisi atau berhasil kembali memenangkan kembali pemilu.
Dalam pemilu 2018, Najib, yang kembali mencalonkan diri menjadi orang nomor satu Malaysia, akan berhadapan dengan Mahathir Mohamad, 92 tahun, yang merupakan mantan perdana menteri Malaysia dan mantan mentor Najib. Dalam beberapa hari terakhir, Najib dan wakil perdana menterinya berkampanye hingga ke wilayah pinggir Malaysia untuk mempromosikan kepentingan masyarakat Malaysia dan peran koalisi Barisan Nasional dalam melindungi Islam.
"Jika kita melihat perilaku satu atau dua orang oposisi, kita tidak bisa yakin mereka akan menjaga kepentingan kita, khususnya masyarakat pinggir, kepentingan Islam dan kepentingan masyarakat Malaysia," kata Najib dalam sebuah kampanyenya, Minggu, 6 Mei, 2018, seperti dikutip dari Reuters.com.
Baca: Malaysia Tuding Media Asing Sebar Berita Palsu Skandal 1MDB
Najib Razak bersama para pendukungnya saat berkampanye, 28 April 2018. Twitter.com/najibrazak
Menurut sejarah, masyarakat Malaysia sebagian besar pendukung partai UMNO dan Barisan Nasional atau BN karena selama berpuluh dekade kebijakan-kebijakan dua partai itu menguntungkan sektor bisnis etnis Melayu, pendidikan dan perumahan. Sebaliknya, banyak dari masyarakat Malaysia dari etnis Cina dan India, yang merupakan kelompok minoritas di Malaysia, diuntungkan oleh oposisi.
Baca: Eksklusif-Oposisi: Pemilu Malaysia 'Hidup-Mati' bagi PM Najib
Hasil jajak pendapat yang belum lama dilakukan oleh Merdeka Center memperlihatkan dukungan Partai BN di kalangan masyarakat Melayu di Semenanjung Malaysia anjlok 8 persen dibanding pemilu pada 2013. Semenanjung Malaysia adalah rumah bagi tiga per empat pemilih Malaysia dan sisanya adalah bagian dari Kepulauan Kalimantan.
Anjloknya dukungan bagi Partai BN juga terjadi di beberapa negara bagian di Malaysia. Salah satunya Johor, yakni negara bagian paling padat penduduk di Malaysia. Dukungan bagi Najib di Johor, turun 21 persen dalam jajak pendapat itu.