TEMPO.CO, Jakarta - Turki akan membalas jika Amerika Serikat benar-benar menghentikan penjualan senjata ke negaranya.
Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu terkait dengan rancangan undang-undang mengenai pembatasan penjualan senjata ke Turki sebagaimana dikutip kantor berita Reuters, Ahad, 6 Mei 2018.
Baca: Amerika Serikat Suplai Senjata ke Pemberontak Suriah
Patriot PAC-2 dan 3 (Patriot Advanced Capability) dapat mendeteksi 100 target yang berbeda dan mampu mengendalikan sembilan rudal secara bersamaan. Rudal Patriot dapat melaju hingga kecepatan 2 mach dengan jangkauan maksimal 70 km dan ketinggian 24 km. PAC-2 telah terbukti keampuhannya menghadang rudal Scud di Perang Teluk, dan PAC-3 adalah pengembangan dari PAC-2. AFP/CHOI JAE-KU
Reuters menyebutkan dalam laporannya, sejumlah anggota Senat Amerika Serikat pada Jumat, 4 Mei 2018, mengajukan RUU penjualan senjata sementara ke beberapa negara termasuk ke Turki.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi CNN Turki, Cavusoglu mengatakan usulan yang disampaikan anggota Senat di RUU tersebut salah besar, tidak masuk akal dan tidak pas bila diterapkan terhadap sesama anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara, NATO.
Pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35B mendarat di atas kapal induk serbu amfibi USS di perairan pulau paling selatan Jepang Okinawa 23 Maret 2018. F-35B mampu melaju dengan kecepatan maksimum Mach 1.67 atau 2.065 km per jam. REUTERS/Issei Kato
"Jika Amerika Serikat menerapkan sanksi kepada kami atau mengambil langkah salah, Turki akan melakukan pembalasan," kata Cavusoglu.
Baca: Turki dan AS Memanas, Rusia Geser Pasukan di Suriah?
Turki merencanakan membeli lebih dari 100 jet tempur F-35 produksi Lockheed Martin asal Amerika Serikat. Selain itu, Turki berminat membeli rudal Patriot. Namun keinginan Turki tersebut bakal terganjal.