TEMPO.CO, Jakarta - Amin K. Tokumasu, Ketua Asosiasi Muslim Jepang, tak pernah berpikir akan memeluk agama Islam. Perjalanan spiritualnya bermula ketika pada usia 17 tahun, dia mendapat kesempatan kuliah bidang Arab study di sebuah universitas di jantung Kota Tokyo. Ketika itu, guru-guru yang mengajar berasal dari Mesir dan negara-negara Arab.
“Hampir tidak ada orang Jepang yang mengajar Arab study. Guru-guru saya berasal dari Mesir dan negara-negara Arab, yang dari mereka, saya mulai mengenal Islam. Ketika itu, masih ‘aneh’ bagi masyarakat Jepang belajar Islam. Namun yang saya alami saya menjadi sangat akrab dengan guru-guru saya hingga kami seperti teman,” kata Tokumasu, yang ditemui dalam acara forum High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasatiyyat Islam, yang diselenggarakan Indonesia di Bogor, Jawa Barat, Rabu, 2 Mei 2018.
Baca: Menjadi Mualaf, Politikus Jerman Ini Mundur dari Partai AfD
Amin K. Tokumasu, mualaf asal Jepang yang menemukan kedamaian saat masuk Islam. Sumber: TEMPO/Suci Sekar
Dua tahun setelah mempelajari Islam dari guru-gurunya di kampus atau persisnya pada usia 19 tahun, Tokumasu memutuskan memeluk Islam. Keputusan itu diambilnya setelah dia menemukan Islam sebagai agama yang paling logis. Keputusannya masuk Islam, mendapat dukungan keluarga. Sebab, dalam budaya Jepang, agama adalah hal yang tidak diintervensi.
"Saya merasakan kedamaian setelah memeluk Islam. Begitu juga saat mengajarkan Islam pada orang lain dan memperdalam Al-Quran. Kita bisa bergantung pada Al Quran kapan saja dan permasalahan apapun," ujarnya
Baca: Istri Ungkap Alasan Legenda Tinju, Muhammad Ali, Masuk Islam
Pada 1965 atau setelah merampungkan kuliahnya di Tokyo, Tokumasu melanjutkan kuliah ke Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, Fakultas Hukum Islam. Tokumasu menegaskan fasih membaca Al-Quran. Dia bahkan hafal beberapa surat dalam Al-Quran.
“Saya lulusan Al Azhar Kairo, Mesir. Di kampus itu, mahasiswa harus mampu membaca Al-Quran, dan saya tidak menemukan kesulitan belajar membaca Al-Quran. Di Universitas Al Azhar Kairo, mahasiswa bahkan diminta menghafalkan Al-Quran. Dulu saya menghafal Al-Quran, tetapi sekarang sudah banyak surat-surat yang lupa karena saya sibuk mengurus bisnis. Kalau anak-anak saya, mereka bisa membaca surat-surat pendek, seperti Al-Fatihah,” kata Tokumasu.
Kepada Tempo, Tokumasu menceritakan istrinya masuk Islam karena keinginannya sendiri. Keduanya berjumpa saat sama-sama kuliah di Mesir. Istri Tokumasu, yang juga warga negara Jepang, kuliah di Mesir dan tinggal di asrama sehingga memiliki banyak teman Islam. Dua tahun setelah keduanya menikah, istri Tokumasu memutuskan menjadi seorang muslim.
Kedua anak Tokumasu juga beragama Islam. Dia menegaskan, dalam budaya Jepang, anak harus menghormati orang tua. Namun, saat yang sama, seseorang tidak boleh memaksakan kehendak karena masyarakat Jepang sangat menjunjung tinggi asas saling menghormati. Maka hal yang dilakukan Tokumasu adalah berupaya menjadi muslim yang baik agar bisa memberikan contoh pada anak-anaknya. Beruntung cara ini manjur, dan dengan kesadaran sendiri, anak-anak Tokumasu pun menjadi pemeluk Islam.