TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi Suriah tidak sepenuhnya seperti pemberitaan media-media barat. Tidak semua kota di Suriah hancur dan bermasalah. Ibu Kota Damaskus sejauh ini adalah kota paling damai di Suriah.
“Anda bisa menemukan hidup yang normal di Suriah,” kata Kepala Perwakilan Suriah untuk Indonesia, Ziad Zaheredin, usai menghadiri acara forum 'high level consultation of world muslim scholars on wasatyyat Islam' di Bogor, Jawa Barat, Selasa, 1 Mei 2018.
Baca: Digempur Amerika, Rusia Kirim 2 Kapal Perang ke Suriah
Setelah tujuh tahun perang sipil Suriah, ibukota Damaskus, dari sisi politik dan keamanan relatif aman. Demikian pula dengan wilayah-wilayah yang berada di bawah kontrol pemerintah Suriah. Sumber: Muhammad Ramdhan/PWNI Kemenlu
Baca: Amerika Serikat Tak Ingin Terlibat Perang di Suriah
Zaheredin menceritakan sampai sekarang ada puluhan juta penduduk Suriah yang masih bertahan di negara itu. Kondisi Damaskus dan wilayah sekitarnya sekarang sudah mengarah pada stabilitas. Pemerintah Suriah ditegaskannya selalu membuka pintu bagi inter-Suriah dialog untuk menyelesaikan krisis ini secara politik.
Kepada Tempo, dia mengatakan Suriah percaya krisis yang sedang terjadi di negara itu disebabkan faktor luar, diantaranya kelompok garis keras ISIS dan kelompok jaringan al-Qaeda lainnya. Kelompok-kelompok itulah yang menghancurkan Suriah dan pemerintah Suriah mempunyai hak untuk mempertahankan diri dari seluruh kelompok teroris dan mereka yang mendukung kelompok-kelompok ini.
Zaheredin menekankan, pihaknya sangat ingin krisis ini bisa cepat selesai. Caranya, dia meminta pihak-pihak tertentu menghentikan dukungan yang hanya membuat Suriah tidak stabil.
“Kembalikan masalah ini pada rakyat Suriah dan biarkan masyarakat Suriah sendiri yang menyelesaikan masalahnya,” ujarnya.
Suriah memiliki hak untuk membuat kesepakatan dan meminta negara lain membantu Suriah. Terlebih, krisis di Suriah sekarang adalah krisis yang tidak biasa karena Zaheredin menyebut ada pihak ketiga yang menyerang negaranya.