TEMPO.CO, Jakarta - Parlemen Jerman menyiapkan rancangan undang-undang atau RUU yang melarang penjualan senjata api ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Turki. Hal itu lantaran ketiga negara tersebut terlibat dalam konflik militer.
Bukan hanya itu, RUU ini untuk mencegah ekspor senjata api serta seluruh barang dan jasa terkait yang kemungkinan bisa digunakan oleh negara-negara tersebut untuk melakukan pelanggaran HAM. RUU ini diajukan oleh kubu oposisi Jerman, Partai Die Linke, yang sangat menyoroti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab atas peran mereka di perang Yaman. Partai itu juga menyoroti Turki karena misi militernya di utara Suriah yang memerangi militan Kurdi.
Jika RUU itu disahkan, bukan hanya akan mencegah transaksi masa depan yang dibuat negara-negara tersebut, tapi juga untuk mengevaluasi kesepakatan-kesepakatan yang dibuat sebelumnya.
Baca: Jerman Hentikan Ekspor Senjata ke Negara Terlibat Perang Yaman
Ilustrasi senjata api. w-dog.net
Baca: Ini 4 Rudal Anti-Tank Terbaik Dunia dari Israel-AS-Jerman-Rusia
Dikutip dari situs Al-Jazeera pada Minggu, 29 April 2018, RUU ini secara khusus menyinggung kesepakatan yang dibuat antara Jerman dan Turki mengenai pembelian beberapa tank Leopard. Tank-tank tersebut buatan Jerman dan dibeli oleh Turki yang kemudian digunakan dalam operasi ranting zaitun pada Januari 2018, di mana negara itu juga memerangi kelompok Kurdi.
Dalam RUU itu dicantumkan pula patroli kapal-kapal yang dibeli Arab Saudi digunakan untuk memblokade pelabuhan-pelabuhan Yaman agar tidak bisa menerima bantuan dan barang-barang lain terkait dengan krisis kemanusiaan yang sangat buruk di Yaman.
Sebelumnya, pada Januari 2018, pemerintah Jerman telah mengumumkan akan menghentikan seluruh ekspor senjatanya ke negara-negara yang terlibat dalam perang Yaman. Untuk itu, jika RUU ini disahkan, akan memperpanjang kesepakatan yang telah dibuat.
Jerman pada semester ketiga 2017, mengekspor hampir sebagian besar senjata apinya ke Arab Saudi, Israel, dan Mesir. Sepanjang 2013 dan 2017, Arab Saudi tercatat salah satu penerima senjata Jerman terbanyak dengan total nilai US$ 1.2 miliar.
Arab Saudi bersama Uni Emirat Arab, secara parsial memblokade pelabuhan-pelabuhan sebagai bagian dari kampanye militer mereka di Yaman yang telah menewaskan ribuan orang.