TEMPO.CO, Jakarta - Ulama sekaligus pengajar berkebangsaan Palestina, Dr Fadi Muhammad al-Batsh yang tewas ditembak di Kuala Lumpur, Malaysia kemarin subuh, 21 April 2018 merupakan ahli menembak dengan menggunakan pesawat tanpa awak atau drone dan pembuat roket.
Baca: Mossad Israel Bunuh Ulama Palestina di Malaysia
Seorang warga Israel yang tidak menyebutkan identitasnya menjelaskan keahlian al-Batsh tersebut kepada Jerusalem Post, 21 April 2018.
Hal serupa disampaikan Deputi Perdana Menteri Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi tentang al-Batsh sebagai ahli membuat roket.
"Saya berduka atas peristiwa ini dan menurut informasi polisi, korban telah tinggai di sinini selama 10 tahun dan ahli di bidang rekayasa listrik dan membuat roket," kata Hamidi seperti dikutip dari New Straits Times.
Baca: Israel: Kami Membunuh 200 Warga Palestina Sejak Akhir 2015
Hamas minta Malaysia menginvestigasi kematian ulama Palestina Fadi al-Batsh yang tewas ditembak agen Israel, Mossad, Sabtu, 21 April 2018. [Al Jazeera]
Adapun Hamas dalam pernyataannya melalui Twitter yang dilaporkan Al Jazeera menyebut Batash sebagai ahli yang memberikan kontribusi luas pada sektor energi.
Situs resmi Palestina menyebut alBatsh merupakan keluarga pejabat senior dari gerakan Jihad Islam di wilayah Gaza.
Menurut Kepala kepolisian Malaysia, Datuk Seri Mansor Lazim, al-Batsh ditembak dua pria di area tempat tinggalnya di distrik Setapak saat akan pergi salat subuh, Sabtu, 21 April.
Baca: Israel Tak Bantah Mossad Pelaku Pembunuhan Ulama Palestina
Al- Bats tewas dengan 10 tembakan di bagian badan dan kepalanya. Ayah al-Batsh, mengatakan Mossad berada di belakang kematian anak laki-lakinya. Ia meminta aparat Malaysia untuk segera menyelidiki kasus kematian anaknya secepat mungkin.
Mossad maupun pemerintah Israel bungkam atas tudingan tersebut. Kematian al-Bats telah menambah panjang daftar warga berpengaruh Palestina yang tewas ditembak.