TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat tidak yakin dengan pernyataan Korea Utara yang berencana membekukan uji coba senjata nuklirnya. Gedung Putih khawatir Pemimpin Korea Utara, Kim Jong un, sedang menyusun sebuah jebakan dan Gedung Putih bersumpah tidak akan mengendurkan tekanan kepada Korea Utara menjelang diselenggarakannya pertemuan tingkat tinggi antara Kim Jong Un dan Presiden Donald Trump.
Dikutip dari situs chicagotribune.com pada Minggu, 22 April 2018, Presiden Trump menyebut sikap Korea Utara itu sebuah kemajuan dan kabar bagus. Namun pada Sabtu, 21 April 2018, para ajudan Trump tak bisa menepis kecurigaan atas pernyataan Kim Jong Un itu, kendati sejumlah analis kebijakan luar negeri menilai Kim Jong Un telah memperlihatkan sikap positif.
Baca: Reaktor Nuklir Korea Utara Terbengkalai, 100 Juta Orang Terancam
Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un (kiri) dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (kanan). Reuters.
Baca: Korea Utara Deklarasi Stop Uji Coba Nuklir, Trump Bilang Apa?
Perubahan sikap Korea Utara itu dilakukan menjelang diselenggarakannya pertemuan Kim Jong Un dengan Trump. Pertemuan bersejarah ini diperkirakan akan dilakukan pada akhir Mei 2018 atau awal Juni 2018.
“Ini hanya akan secara politik membuat Amerika Serikat sulit untuk menolak tuntutan Korea Utara,” kata ajudan Trump, yang tidak mau dipublikasi identitasnya.
Situs independent.co.uk pada Minggu, 22 april 2018, mewartakan pernyataan Kim Jong un untuk menghentikan uji coba senjata nuklirnya adalah sikap yang jauh berbeda. Sebab pada 2017 lalu, Korea Utara telah mengirimkan pesan-pesan ancaman dan mengumpulkan kemungkinan terjadinya perang nuklir. Namun pada Sabtu, 21 April 2018, Kim Jong un membuat klaim mengejutkan yang bisa menciptakan perubahan dramatis pada peta politik internasional.