TEMPO.CO, Jakarta - Anggota tim pencari fakta PBB (OPCW) kesulitan masuk ke Douma, Suriah, untuk menyelidiki lokasi yang diduga menjadi titik serangan senjata kimia.
OPCW, sebuah Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia, dalam keterangannya kepada media Rabu, 18 April 2018, mengatakan, beberapa pejabat keamanan PBB masuk ke Kota Douma pada Selasa, 17 April 2018, untuk melakukan survei ke daerah yang diduga menjadi lokasi serangan senjata kimia oleh pasukan pemerintah pada 7 April 2018.
Baca: Amerika Serikat Yakin Suriah Gunakan Senjata Kimia
Bayi dan anak di Douma, Suriah mendapat perawatan setelah menjadi korban serangan gas kimia. [ANADOLU]
"Namun tim dari Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB (UNDSS) mendapatkan sambutan tembakan dan ledakan dekat tempat mereka berhenti di dua lokasi yang dikunjungi," kata OPCW dalam sebuah pernyataan.
Menurut pernyataan OPCW sebagaimana dikutip Al Jazeera, Kamis, 19 April 2018, UNDSS akan tetap melanjutkan kunjungannya bekerja sama dengan Otoritas Nasional Suriah, Dewan Lokal di Douma dan Polisi Militer Rusia guna meninjau kembali situasi keamanan. "Kami tidak tahu kapan tim pencari fakta bisa masuk ke Douma."
Kehadiran tim pencari fakta ke Suriah, kata OPCW, berdasarkan persetujuan Dewan Keamanan PBB dan tim OPCW harus mendapatkan akses ke lokasi serangan senjata kimia.Suasana kota Douma, Suriah, yang hancur akibat perang, 16 April 2018. Amerika Serikat menuduh pasukan Suriah menggunakan senjata kimia yang menyebabkan 40 orang tewas, pada 7 April lalu. REUTERS/Ali Hashisho
Sementara itu Al Jazeera melaporkan dari Libanon, OPCW sama sekali tidak menyalahkan siapapun dalam insiden ini. Namun kedua negara Suriah dan Rusia dituding oleh Barat menghalang-halangi penyelidikan.
Baca: Pusat Penelitian Senjata Kimia Suriah Target Rudal AS dan Sekutu
Pasukan Suriah dan Rusia menguasai sepenuhnya Douma pada Sabtu, 14 April 2018, ketika pemberontaj menarik diri dari kota tersebut hanya beberapa jam setelah negara-negara Barat mengakhiri serangannya.