TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah wisatawan Afganistan yang plesiran ke Indonesia sedikit. Sebab Indonesia masih membatasi visa kunjungan bagi masyarakat Afganistan ke Indonesia.
“Susah bagi masyarakat kami untuk mendapatkan visa ke Indonesia,” kata Duta Besar Afganistan untuk Indonesia, Roya Rahmani, Selasa, 17, April 2018 kepada Tempo.
Rahmani tidak menjelaskan secara rinci alasan sulitnya mendapatkan visa dari Indonesia. Dia hanya menyebut saat ini ada lebih dari 1.000 pengungsi dan pencari suaka dari Afganistan di Indonesia.
Baca: Akademi Militer Afganistan Diserang, 2 Tentara Tewas
Duta Besar Afghanistan untuk Indonesia Roya Rahmani saat sesi wawancara dengan Tempo, 17 April 2018. TEMPO/Fakhri Hermansyah
Afganistan diselimuti konflik berkepanjangan selama hampir 40 tahun. Salah satu penyebar teror adalah kelompok radikal, Taliban. Rahmani mengatakan Afganistan telah mengajak dialog kelompok itu, namun ajakan tersebut sejauh ini bertepuk sebelah tangan.
Baca: Setelah Jokowi, Giliran Kalla ke Afganistan
Dikutip dari Reuters, pada akhir Februari 2018 lalu, Presiden Afganistan, Ashraf Ghani, telah menawarkan pengakuan kepada Taliban sebagai sebuah kelompok politik terlegitimasi. Tawaran itu diajukan sebagai bagian dari proses politik, yang diharapkan bisa mengarah pada perundingan untuk mengakhiri lebih dari 16 tahun perang sipil Afganistan, yang menewaskan lebih dari 10.000 masyarakat sipil Afganistan.
Sejumlah penunggang kuda membawa bangkai kambing dalam permainan Buzkashi di Panjshir, Afganistan, 7 April 2017. REUTERS/Omar Sobhani
Dalam proposalnya, Ghani mengajukan gencatan senjata dan pembebasan para tahanan sebagai bagian dari opsi, termasuk penyelenggaraan pemilu yang melibatkan para militan. Sedangkan Indonesia, melalui Majelis Ulama Indonesia atau MUI sedang bersiap menyelenggarakan konferensi ulama tiga negara, yang melibatkan ulama Taliban, demi mengurangi kekerasan di Afganistan.