TEMPO.CO, Jakarta - Aksi unjuk rasa terjadi di sejumlah kota di India untuk merespon kembali terjadinya kasus perkosaan di negara itu. Aksi protes ini terbesar yang pernah terjadi di India sejak kasus perkosaan dan pembunuhan seorang mahasiswi di kota Delhi pada 2012.
Aksi protes nasional pada Minggu, 15 April 2018 merupakan unjuk rasa kedua terkait penahanan seorang pelaku perkosaan terhadap seorang remaja, yang dilakukan oleh seorang politisi di negara bagian Uttar Pradesh dari partai berkuasa, yakni Partai Bharatiya Janata atau BJP. Kasus perkosaan ini terjadi bersamaan dengan perkosaan dan pembunuhan terhadap anak berusia 8 tahun, Asifa, di wilayah utara India. Rentetan kasus perkosaan ini telah membuat Perdana Menteri India, Narendra Modi dalam tekanan besar.
Baca: Bayi 8 Bulan di India Jadi Korban Perkosaan Sepupunya
Ilustrasi perkosaan. prameyanews7.com
Baca: Modi Jamin Keadilan untuk Asifa, Anak Korban Kekejaman di India
Dikutip dari CNN.com pada Selasa 17 April 2018, keterkaitan partai politik dan tindak kejahatan seksual telah menjadi pukulan telak bagi pemerintah India dan mengungkapkan perpecahan akan terus menghantui India di era modern. Kemaran publik saat ini telah menjadi ancaman serius bagi Modi karena aksi protes ini telah berubah menjadi kemarahan besar atas perlakuan negara pada kelompok perempuan dan minoritas.
“Anda mengatakan ‘anak-anak perempuan’ kita akan mendapatkan keadilan. Sekarang masyarakat India ingin tahu, kapan?,” kata Rahul Gandhi, Ketua Partai Kongres, sebuah partai oposisi di India.
Sebelumnya setelah bungkam selama beberapa hari, Perdana Menteri Modi akhirnya angkat bicara dalam sebuah pidato pada Jumat, 13 April 2018. Dia menjanjikan keadilan bagi para korban perkosaan di seluruh India.