TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, diramalkan akan mengundurkan diri pada Juni tahun ini setelah dirinya diterpa berbagai skandal yang membuat popularitasnya merosot tajam.
Kabar tidak menyenangkan bagi PM Shinzo Abe itu diungkap mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi pada Senin, 16 April 2018.
Baca: Diterpa Skandal, PM Shinzo Abe Minta Maaf Kepada Rakyat Jepang
“Situasinya semakin berbahaya. Abe mungkin akan mengundurkan diri saat sesi parlemen berakhir pada 20 Juni,” kata Koizumi, seperti dilansir Reuters pada 16 April 2018.
Koizumi yang dikenal sebagai pengkritik kental Abe untuk tenaga nuklir setelah krisis mengatakan, jika Abe bertahan, maka hal itu bisa merugikan kandidat LDP dalam pemilihan majelis tinggi musim panas mendatang.
Pernyataan Koizumi muncul di tengah meningkatnya arus protes yang menuntut pengunduran diri Abe. Sekitar 50 ribu massa aksi berkumpul di depan Gedung Parlemen Jepang pada Sabtu, 14 April 2018 sembari meneriakan kalimat yang mendesak agar Abe segera mundur dari jabatannya saat ini.
Baca: Dukungan terhadap Pemerintah Shinzo Abe Melemah
Dalam beberapa bulan terakhir, Abe dicekam oleh karena skandal-skandal kronisme yang berusaha ditutup-tutupinya.
Abe dituding melakukan intervensi untuk memastikan perlakuan istimewa bagi lembaga pendidikan Kake Gakuen, yang dijalankan oleh temannya, Kotaro Kake, untuk mendirikan sekolah kedokteran hewan. Perdana menteri telah berulang kali membantah melakukan kesalahan.
Dia juga berulang kali membantah bahwa dia atau istrinya campur tangan dalam penjualan besar-besaran tanah milik negara ke operator sekolah Moritomo Gakuen.
Isu lain yang turut berperan dalam merosotnya popularitas Abe, adalah pejabat di kementerian keuangan dilaporkan melecehkan secara seksual beberapa wartawati.
Baca: Diancam Korea Utara, PM Jepang Abe Segera Amendemen Konstitusi
Tanda-tanda terbaru masalah bagi Abe datang menjelang KTT pekan ini dengan Presiden AS Donald Trump yang membahas topik berat seperti ancaman nuklir dan rudal Korea Utara serta masalah perdagangan yang sensitif akan menjadi agenda.
Skandal itu membuat peringkat kepercayaan publik terhadapnya merosot tajam.
Survei oleh Nippon TV yang dirilis pada Minggu, 15 April, menunjukkan dukungan Abe turun jadi 26,7 persen, terendah sejak anggota parlemen konservatif itu berkuasa pada Desember 2012. Jajak pendapat lain oleh surat kabar Asahi yang dipublikasikan pada hari ini menempatkan peringkatnya di angka 31 persen.
Penurunan peringkat Shinzo Abe membuatnya diragukan untuk dapat kembali memenangkan masa jabatan tiga tahun ketiga sebagai pemimpin LDP dalam pemungutan suara September tahun ini agar tetap sebagai perdana menteri.