TEMPO.CO, Washington – Pendiri sekaligus Chief Executive Officer Facebook, Mark Zuckberberg, menjalani rapat dengar pendapat di DPR Amerika Serikat pada 11 April 2018 setelah sehari sebelumnya menjalani sesi serupa di Senat.
Rapat ini digelar setelah terungkapnya skandal kebocoran 87 juta data pengguna dan melibatkan konsultan Cambridge Analytica. Cambridge merupakan konsultan sosial media dari tim kampanye pilpres AS 2016 Donald Trump. Pada pilpres itu, Trump melawan Hillary Clinton, bekas menteri luar negeri AS.
Baca: 5 Poin Penting Kesaksian Zuckerberg di Depan Kongres Amerika
Zuckerberg menjalani rapat dua sesi ini selama sepuluh jam, yang dihadiri sekitar seratus wakil rakyat, dengan lancar. Dia juga berhasil menghindari janji untuk mendukung peraturan baru, yang bisa membatasi gerak layanan sosial terbesar itu.
Baca: Zuckerberg Bakal Bersaksi di Kongres AS pada 11 April, Soal?
Saat ini, Facebook memiliki 2,2 miliar pengguna sejak diluncurkan pada 2004. “Tak terelakkan bakal dibutuhkan sejumlah peraturan,” kata Zuckerberg tanpa mendetilkan jawabannya, Rabu, 11 April 2018 seperti dilansir Reuters.
Soal kebocoran data itu, Zuckberberg mengaku data akunnya termasuk yang bocor dan digunakan konsultan Cambridge.
Pernyataan Zuckerberg ini memancing pertanyaan anggota Dewan. “Bagaimana konsumer bisa mengontrol data mereka ketika manajemen Facebook sendiri tidak mampu mengontrol data mereka,” kata Frank Pallone, wakil rakyat dari New Jersey, dari Partai Demokrat dalam sesi tanya jawab yang digelar Komite Perdagangan dan Energi DPR AS.
Menurut Zuckerberg, manajemen butuh waktu berbulan-bulan menyelesaikan audit mengenai aplikasi yang menggunakan data tanpa izin pengguna.
“Saya membayangkan kami akan menemukan aplikasi yang melakukan sesuatu mencurigakan atau menyalahgunakan data pengguna,” kata Zuckerberg.