TEMPO.CO, Jakarta - Rusia menggunakan hak veto untuk mengadang rancangan resolusi Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB, Selasa, 11 April 2018. Amerika Serikat dalam resolusinya ingin membentuk sebuah investigasi independen untuk mengungkap dugaan penggunaan senjata kimia dalam perang sipil Suriah.
Dalam resolusinya, Amerika Serikat juga mengutuk serangan yang diduga kuat dilakukan oleh rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Amerika serikat menuntut pula dibukanya akses bagi relawan kemanusiaan ke Suriah.
“Ketika rakyat Douma dan seluruh masyarakat internasional mencari siapa dalang penyerangan senjata kimia ini, satu negara berdiri dan sejarah mencatat ini. Sejarah akan mencatat hari ini ketika Rusia memilih melindungi sebuah monster ketimbang rakyat Suriah,” kata Duta Besar Amerika untuk PBB, Nikki Haley, seperti dikutip dari CNN.com, Rabu, 11 April 2018.
Baca: Serangan Senjata Kimia di Douma Suriah, 70 Orang Tewas
Seorang anak Suriah menunggu untuk menerima perawatan medis setelah pasukan rezim Assad diduga melakukan serangan gas beracun ke kota Duma, Ghouta Timur, Suriah, 7 April 2018. Halil el-Abdullah/Anadolu
Baca: Serangan Senjata Kimia, Amerika dan Rusia Saling Tuding
Saat Rusia mengeluarkan hak veto untuk memblokade Amerika Serikat, sebanyak tujuh negara, termasuk Amerika Serikat memberikan suara untuk melawan resolusi Rusia, yang ingin membangun tim investigasi yang diawasi oleh PBB. Menurut Haley, rancangan resolusi yang dibuat Rusia itu memberikan Negara Beruang Merah peluang untuk menyetujui penyidik yang dipilih untuk menjalankan tugas dan mengizinkan Dewan Keamanan menilai temuan-temuan penyelidikan sebelum laporan dipublikasi.
Serangan senjata kimia kembali terjadi dalam perang sipil Suriah. Pada 8 April 2018, serangan senjata kimia mematikan terjadi di Douma, sebuah wilayah yang masih dikuasai oleh kelompok pemberontak. Korban jiwa akibat serangan ini sedikitnya 70 orang dan ratusan orang terkena dampaknya.