TEMPO.CO, Jakarta - Mantan presiden Brazil, Dilma Rousseff, memulai sebuah tur internasional untuk menggalang dukungan bagi mantan presiden Brazil, Luiz Inacio "Lula" da Silva. Lula baru saja menjalani hukuman 12 tahun penjara atas tuduhan korupsi dan pencucian uang.
Pada Selasa, 11 April 2018 di ibukota Madrid, Spanyol, Rousseff menyerukan solidaritas internasional dan mengecam penahanan Lula sebagai keputusan yang penuh muatan politik. Lula saat pada tahun ini telah memproklamirkan akan kembali maju sebagai calon presiden Brazil.
“Demokrasi di Brazil terancam karena sebuah parlemen yang korup,” kata Rousseff, seperti di kutip dari situs al-Jazeera, Rabu, 11 April 2018.
Baca: Eks Presiden Brazil Didakwa Melakukan Praktik Korupsi
Presiden Brazil, Dilma Rousseff. REUTERS/Francois Lenoir
Rousseff yang merupakan penerus Lula, diperkirakan akan menggelar sejumlah perundingan dan kuliah umum di Spanyol dan Amerika Serikat. Sebelumnya, dia telah berjumpa dengan para pemimpin politisi sayap kiri Spanyol, Podemos.
Baca: Korupsi, Mantan Presiden Brazil Dihukum 12 Tahun
Menurut Rousseff, Partai Buruh di Brazil akan terus memerangi seluruh proses yuridiksi supaya Lula bisa tetap maju dalam pemilu Oktober mendatang sebagai calon presiden Brazil. Pihaknya tidak menyiapkan rencana lain menyusul dijebloskannya Lula ke penjara dan akan tetap berupaya menjadikan Lula sebagai kandidat presiden Brazil. Rousseff sendiri dipecat sebagai presiden Brazil pada 2016 atas tuduhan pelanggaran undang-undang fiskal. Para pendukung Rousseff berulang kali menyebut pemakzulan Rousseff oleh anggota Senat Brazil adalah sebuah kudeta.
Lula sejak Sabtu, 7 April 2018, mulai menjalani hukumannya. Lula, 72 tahun, berkeras menyatakan tidak bersalah dan hukuman terhadapnya upaya untuk menghalanginya berpartisipasi dalam pemilu presiden Brazil. Hasil sejumlah jajak pendapat memperlihatkan, Lula berpeluang besar untuk memenangkan pemilu 2018.