TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Suriah, Bashar al Assad menantang Barat untuk mengirim tim investigasi guna menyelidiki tudingan penggunaan senjata kimia pada serangan mematikan pada 8 April 2018 di Douma, Suriah. Tantangan itu dilontarkan Assad setelah presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan sekutu Baratnya menuding Assad berada di balik serangan itu.
Kementerian luar negeri Suriah pada Selasa, 10 April 2018 mengatakan pihaknya akan memfasiltasi Organisasi Pelarangan Senjata Kimia atau OPCW untuk mengunjungi lokasi serangan senjata kimia itu di Douma.
"Suriah ingin bekerjasama dengan OPCW untuk mengungkap kebenaran di balik tuduhan Barat untuk membenarkan niat agresif mereka," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Suriah, seperti dilansir News.com.au pada 10 April 2018.
Undangan Assad untuk mengirimkan tim investigasi ini, ditujukan untuk menantang Donald Trump, yang menggertak akan mengambil langkah cepat untuk menyeret pihak-pihak yang bertanggung jawab atas serangan senjata kimia itu.
Baca: Serangan Senjata Kimia di Douma Suriah, 70 Orang Tewas
Gambar yang diambil dari tayangan Ronahi TV, seorang wanita terbaring dengan mulut berbusa di sebuah RS, Suriah (13/4). Belum dipastikan jika ini disebabkan senjata kimia atau bukan. (AP Photo/Ronahi TV)
Baca: Serangan Senjata Kimia, Amerika dan Rusia Saling Tuding
Serangan senjata kimia di Douma, menewaskan setidaknya 60 orang dan lebih dari seribu orang lainnya luka-luka dalam serangan pekan lalu. Serangan itu diduga dilakukan oleh pasukan rezim Assad.
Menjawab tudingan itu, rezim Suriah dan Rusia membantah bahwa mereka menggunakan senjata kimia di Douma, kota terakhir yang dikuasai pemberontak di pinggiran Ghouta timur.
Bantahan itu kembali ditegaskan oleh Rusia dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Senin, 9 Maret 2018. Perwakilan Tetap Rusia di PBB, Vassily Nebenzia membantah bahwa senjata kimia telah digunakan di Douma dan mengatakan pihak berwenang Suriah dan pasukan Rusia akan menyediakan fasilitas bagi para ahli dari OPCW untuk mengunjungi area penyerangan.
Dalam pertemuan itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Nikki Haley, juga angkat bicara. Dia mengatakan Rusia harus bertanggung jawab atas tumpahnya darah anak-anak Suriah.
"Kita tidak boleh mengabaikan peran Rusia dan Iran dalam memungkinkan kekejaman rezim Assad," kata Haley.
Kendati Suriah dan Rusia menyangkal serangan senjata kimia pernah terjadi, namun Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman dan negara tetangga Turki mengatakan bahwa mereka sangat curiga bahwa serangan itu dilakukan oleh rezim tersebut.