TEMPO.CO, Jakarta - Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman, tiba di Paris, Prancis, setelah menggelar tur sekitar tiga pekan di Amerika Serikat dan sebelumnya di Inggris.
Kali ini, Mohammed hanya mengunjungi Paris selama dua hari dan bakal bertemu sejumlah pemimpin politik dan bisnis Prancis.
Baca: Geber Industri Hiburan, Pangeran Mohammed Sambangi Hollywood
“Tur Mohammed Bin Salman ini dirancang untuk memperkenalkannya kepada konstituensi kunci di komunitas internasional sebagai calon raja Saudi,” kata Kristian Ulrichsen, seorang peneliti di James A. Baker II Institute untuk Kebijakan Publik di Rice University seperti dilansir media DW, Sabtu, 7 April 2018.
Baca: Mohammed Bin Salman Akui Hak Palestina--Israel Atas Tanah Air
Salah satu topik pembicaraan antara Mohammed dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron adalah soal krisis Qatar, perang di Yaman, serta perjanjian nuklir Iran dan Lebanon, yang pernah dijajah Prancis.
Qatar dan sejumlah negara-negara teluk terlibat pertikaian soal dukungan kepada Iran. Negara-negara teluk seperti Saudi dan UEA memblokade Qatar dan memutuskan hubungan diplomatik serta ekonomi.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah menghubungi Raja Salman dari Saudi dan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani untuk meminta keduanya berdamai. Ini agar para pemimpin teluk bisa menjaga keamanan negaranya dari gangguan teroris dan meningkatkan kesejahteraan.
Saat ke AS, Mohammed bertemu Donald Trump dan pejabat lainnya, termasuk mantan pejabat seperti bekas Presiden Bill Clinton. Mohammed juga bertemu dengan sejumlah perwakilan media internasional termasuk Warner Brothers ketika mereka berdiskusi soal rencana Arab Saudi membuka bioskop untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade ini.
Pada Maret 2018, Mohammed menandatangani investasi bernilai triliunan rupiah dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi.
Ketika mengunjungi Inggris, Mohammed bertemu dengan Perdana Menteri Theresa May, Menteri Luar Negeri Boris Johnson dan makan malam bersama keluarga Kerajaan. Selama kunjungan ke Inggris, kedua negara teken kontrak perdagangan senilai US$ 60 dolar atau sekitar Rp 826 triliun.