TEMPO.CO, Jakarta - Nelayan asal Aceh berhasil menyelamatkan 5 pengungsi Rohingya yang terdampar hampir tiga minggu di tengah laut di lepas pantai Thailand.
Kepala Badan SAR Aceh Timur, Abdul Musafir, menjelaskan, para pengungsi Rohingya yang terdampar itu, awalnya berjumlah 10 orang, tetapi 5 di antaranya meninggal karena kelaparan dan jasadnya terpaksa dibuang di tengah laut.
Baca: Duterte: Genosida di Myanmar, Filipina Buka Pintu untuk Rohingya
Menurut Abdul, operasi penyelamatan dilakukan beberapa hari setelah sekelompok imigran Rohingya tiba di Malaysia.
"Kelompok yang diselamatkan oleh nelayan kami terdiri dari dua pria berusia 28 dan 38 tahun, seorang wanita berusia 20 tahun, seorang gadis berusia 15 tahun dan seorang bocah 8 tahun.
"Mereka terlihat di sebuah perahu kecil antara perairan Thailand dan Myanmar, sekitar 325 kilometer dari wilayah Aceh," kata Abdul.
Semua pengungsi Rohingya itu kemudian dibawa pulang ke Aceh dan tiba pada Jumat dini hari, 6 April 2018.
Baca: Militer Myanmar Bunuh Kaum Rohingnya Termasuk Bayi
Menurut pengakuan kelima Rohinga itu, mereka merupakan bagian dari 24 Rohingya yang menggunakan perahu untuk melarikan diri dari kekerasan di Myanmar. Namun, mereka terpisah di tengah perjalanan dan terdampar sekitar 20 hari di tengah laut.
Badan pengungsi PBB, UNHCR, mengatakan akan mengirim staf ke Aceh untuk memberikan bantuan kepada para pengungsi Rohingya itu.
"Kami prihatin atas keselamatan para pengungsi Rohingya yang memilih jalur laut untuk mencari suaka dan berharap mereka akan diselamatkan dan diizinkan untuk turun ke tempat aman terdekat," demikian pernyataan UNHCR, seperti dilansir Daily Mail pada 6 April 2018.
Awal pekan ini, Malaysia mencegat sebuah perahu di lepas pantai pulau Langkawi membawa 56 orang Rohingya dari Myanmar.
Baca: Pakar HAM PBB Sebut Facebook Sebarkan Kebencian pada Rohingya
Puluhan ribu etnis Muslim Rohingya melarikan diri dari Myanmar melalui lautan setelah pecahnya kekerasan di negara bagian Rakhine pada tahun 2012. Eksodus itu mencapai puncaknya pada tahun 2015, ketika diperkirakan 25 ribu orang melarikan diri melintasi Laut Andaman ke Thailand, Indonesia dan Malaysia.
Tahun lalu, menurut PBB dan kelompok hak asasi lainnya, sekitar 700 ribu orang Rohingya meninggalkan rumah mereka di Rakhine ke Bangladesh setelah serangan milisi pada Agustus memicu tindakan keras militer yang oleh PBB dan negara-negara Barat katakan merupakan pembersihan etnis. Myanmar yang mayoritas beragama Buddha menolak tuduhan itu, mengatakan pasukannya melawan teroris yang menyerang pasukan pemerintah.