TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina kembali merespons keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan menaikkan tarif untuk 106 produk impor dari Amerika senilai US$ 50 miliar atau sekitar Rp 688,6 triliun per tahun.
Tarif impor naik 25 persen untuk sejumlah produk impor unggulan dari Amerika, seperti kedelai, mobil, wiski, dan zat kimia.
Baca: Perang Dagang, Trump Geber Tarif Impor Produk Teknologi Cina
“Langkah ini diambil setelah pemerintah AS mengumumkan daftar impor produk dari Cina senilai US$ 50 miliar dolar dengan tarif menjadi 25 persen,” demikian dilansir media resmi pemerintah Cina, Xinhua, Rabu, 4 April 2018.
Xinhua mengutip penjelasan resmi Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan Cina di situs resmi. Implementasi kebijakan ini bergantung sepenuhnya pada langkah pemerintah Amerika.
Baca: Setelah Baja, Trump Bakal Ganjar Impor Produk Canggih Cina
“Kebijakan pemerintah AS merupakan bukti pelanggaran terhadap aturan World Trade Organization,” demikian pernyataan Kementerian Perdagangan.
Media Amerika, CNBC, memberitakan langkah balasan pemerintah Cina ini dengan menyebut kebijakan itu keluar kurang dari 24 jam setelah kebijakan Trump menaikkan tarif produk teknologi dari Cina. Trump menilai ini sebagai langkah hukuman atas praktik perdagangan tidak adil oleh Cina.
Trump memulai perang dagang dengan Cina dengan mengenakan tarif baja dan aluminium masing-masing 25 dan 10 persen. Nilai impor kedua produk ini mencapai sekitar US$ 60 miliar atau sekitar Rp 825,9 triliun. Trump lalu mengeluarkan kebijakan kedua dengan menaikkan tarif produk teknologi asal Cina 25 persen dengan total impor senilai sekitar US$ 50 miliar atau sekitar Rp 688 triliun.
Cina awalnya membalas dengan mengenakan tarif 25 persen untuk sejumlah produk pertanian, seperti daging babi beku, dan aluminium bekas senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 41 triliun. Kemudian pemerintah Cina kembali menaikkan tarif kedua untuk 106 produk tadi hari ini, Rabu, 4 April 2018.
Ditanyai soal perang tarif impor antara kedua negara ini, Kepala Strategi Ekuitas Global Goldman Sachs Peter Oppenheimer mengatakan kepada CNBC, “Saya pikir ini jelas pertempuran dagang.” Menurut dia, pasar merasa gelisah jika ini mengalami eskalasi hingga menjadi perang dagang secara umum.
Menurut Neil Dwane, ahli strategi global Allianz Global Investor, "Saya pikir Beijing ingin menunjukkan bahwa dia tidak ingin di-bully.” Sejak Trump mengenakan tarif, mata uang Cina, yuan, mengalami pelemahan harian cukup besar dalam dua pekan terakhir, yaitu 0,4 persen menjadi 6,3015 yuan per dolar Amerika.