TEMPO.CO, Iloilo City – Keluarga dari mendiang Joanna Demafelis, 29 tahun, yang merupakan TKW asal Filipina yang tewas dibunuh majikannya di Kuwait, meminta keadilan hukum dan menolak uang damai atau juga disebut darah pengganti dari pelaku.
“Kami tidak butuh itu. Kami ingin keadilan terutama untuk orang tua kami,” kata Jojet Demafelis, saudara lelaki tertua Joanna, di Iloilo City, Filipina, seperti dilansir media Philstar, Selasa, 3 April 2018.
Baca: Dipulangkan dari Filipina, 16 WNI Tiba di Jakarta
Menurut Jojet, keluarga merasa agak tenang setelah kedua pelaku tertangkap. Mereka menunggu keduanya diekstradisi ke Kuwait.
Baca: Pengadilan Filipina Restui Tuntutan Anak Marcos, Begini Kisahnya
Seperti dilansir media Al Jazeera, pengadilan kriminal di Kuwait memutuskan hukuman gantung bagi kedua majikan Joanna, yang tewas dan jasadnya disembunyikan di dalam kulkas di sebuah apartemen yang tidak digunakan.
Warga Filipina berunjuk rasa meminta keadilan bagi tenaga kerja wanita Joanna Demafelis, yang tewas dibunuh majikannya di Kuwait. Reuters
Penegak hukum Kuwait mengejar kedua majikan yang melarikan diri ke Suriah. Kedua majikan yaitu Nader Essam Assaf dan istrinya Mona Hassoun. Setelah dikejar Interpol, Assaf, yang berkewarganegaraan Lebanon, tertangkap di Suriah dan diserahkan ke Lebanon. Sedangkan Mona masih ditahan di Damaskus. Kedua terdakwa masih bisa mengajukan banding atas hukuman mati yang mereka terima.
Kematian Defamelis ini mengguncang Filipina. Presiden Rodrigo Duterte memerintahkan penghentian pengiriman pekerja ke Kuwait sehingga memicu ketegangan diplomatik.
Duterte bertekad meminta keadilan atas pekerja Filipina yang mendapat siksaan majikannya. Dia lalu mengirimkan pesawat terbang ke Kuwait untuk membawa semua tenaga kerja yang ingin pulang. Duta besar Filipina untuk Kuwait, Renato Villa, mengatakan ada 6000 pengaduan pekerja Filipina pada 2017 saja.