TEMPO.CO, Jakarta - Peraih Nobel Perdamaian 2014, Malala Yousafzai, meninggalkan Pakistan menuju London, Inggris, pada Senin, 2 April 2018, waktu setempat. Malala dan keluarga besarnya diantar ke bandar udara Islamabad dengan iring-iringan dan pengamanan ketat
Baca: Malala Yousafzai: Saya Tidak Pernah Sebahagia Ini
Malala Yousafzai menghadiri upacara dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres setelah dipilih sebagai utusan perdamaian PBB di New York, 10 April 2017. REUTERS/Stephanie Keith
Dikutip dari Reuter, Malala berada di Pakistan sejak Kamis, 29 Maret 2018. Ini merupakan kunjungan pertamanya seusai insiden penembakan oleh militan Taliban terhadapnya saat pulang sekolah. Malala menjadi sasaran Taliban karena terus menyerukan akses pendidikan bagi anak-anak perempuan. Setelah kepalanya di tembak Taliban dan menjalani pengobatan, Malala tak pernah kembali ke Pakistan.
“Saya merindukan segalanya tentang Pakistan, dari sungai, gunung-gunung, bahkan sampai jalan-jalan yang kotor dan sampah-sampah di sekitar rumah saya,” ucap Malala, 20 tahun, dalam wawancara dengan Reuters.
Baca: Malala Yousafzai Napak Tilas ke Kampung Halaman
Sumber dari teman Malala sebelumnya mengatakan Malala telah berencana pulang kampung setelah menyelesaikan kuliahnya di Universitas Oxford. Di kampus favorit itu, dia mengambil jurusan politik, filosofi, dan ekonomi.
Pada 2014, Malala menghebohkan dunia dengan mencatatkan diri sebagai peraih hadiah Nobel termuda. Penghargaan itu diberikan untuk menghormati jasa-jasanya melalui Malala Foundation, sebuah yayasan yang didirikan untuk mendukung kelompok-kelompok advokasi pendidikan dengan fokus di Pakistan, Nigeria, Yordania, Suriah, dan Kenya.