TEMPO.CO, Moskow – Tokoh ultranasionalis Rusia, Vladimir Zhirinovsky, meminta pemerintah negaranya mengusir Duta Besar Amerika Serikat, Jon Huntsman, dari kediaman resminya yaitu Spaso House, yang terkenal.
Zhirinovsky meminta rumah itu diberikan sebagai markas partainya. Dia mengatakan ini menyusul ketegangan antara AS dan Rusia pasca tindakan saling pengusiran diplomat kedua negara terkait serangan bekas anggota intelijen Rusia dan putrinya di Inggris selatan, Kolonel Sergei Skripal dan Yulia.
Baca: Amerika Serikat Ingin Pulihkan Hubungan Baik dengan Rusia
“Kami telah berulang kali mengusulkan tindakan asimetris. mIsalnya, pengusiran diplomat kita dibalas dengan pengosongan rumah besar Spaso House,” kata Zhirinovsky, Jumat, 30 Maret 2018, seperti dilansir Russia Today. Dia merupakan ketua Partai Demokratik Liberal Rusia.
Spaso House merupakan rumah besar yang didirikan oleh pengusaha tekstil Nikolay Vtorov pada 1913. Rumah ini menjadi kediaman resmi Duta Besar AS di sana sejak era Uni Sovyet hingga kini. Rumah ini memiliki arsitektur neoklasik.
Baca: 59 Diplomat dari 23 Negara Diusir Rusia
Zhirinovski, yang merupakan satu dari lima kandidat calon Presiden Rusia pada pemilu 18 Maret 2018 lalu ini, menuliskan usulannya itu di jejaring sosial Telegram.
Menurut dia, pemerintah Rusia keliru jika hanya bereaksi terhadap tindakan buruk negara lain.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengumumkan pengusiran 60 diplomat AS sebagai pembalasan atas pengusiran jumlah yang sama diplomat negeri beruang merah itu. Rusia juga menutup kantor konsulat jenderal AS di St Petersburg. AS telah menutup dua kantor konsulat Rusia yaitu di San Fransisco dan Seattle.
Seperti dilansir Reuters, Rusia menghadapi pengusiran 151 diplomat dari 27 negara Barat pasca insiden penyerangan Skripal. Meski begitu, Jerman dan AS tetap memberi sinyal untuk menyelesaikan masalah ini dengan dialog.
PM Inggris Theresa May menuding Moskow berada dibalik aksi penyerangan Skripal ini. Sedangkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan negaranya tidak terlibat. Belakangan Menlu Rusia menuding agen intelijen Inggris kemungkinan terlibat dalam penyerangan itu.
Zhirinovski menuding isu Skripal dijadikan Uni Eropa untuk menggalang persatuan pasca mencuatnya Brexit yaitu keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa. Amerika dituding menggunakan isu ini untuk menggaet investor luar negeri.