TEMPO.CO, Washington - Pengamat politik dan pertahanan Amerika Serikat memiliki penjelasan mengenai alasan Presiden Donald Trump ingin segera menarik pasukan dari Suriah.
“Trump tidak pernah meyakini menginvestasikan banyak uang dan darah Amerika untuk menyelesaikan masalah di Timur Tengah,” kata Phil Gordon, bekas anggota tim penasehat keamanan era Presiden Barack Obama, seperti dilansir media Politico, Kamis, 29 Maret 2018.
Baca: Trump Umumkan Segera Tarik Pasukan Amerika dari Suriah, Ada Apa?
Media Russia Today melansir Trump mengatakan AS menghabiskan uang $7 triliun atau sekitar Rp 96 ribu triliun untuk Timur Tengah saja. “Kita bangun sekolah, lalu merka hancurkan. Kita bangun lagi sekolahnya tapi belum dihancurkan. Tapi akan mereka lakukan,” kata Trump merujuk aksi kelompok perlawanan terhadap pasukan AS di Timur Tengah.
Baca: Usai Temui Putin, Trump Hentikan Pelatihan Pemberontak Suriah
Menurut Gordon, pandangan ini yang membuat Trump sering berbeda pendapat dengan lingkaran terdekatnya seperti bekas Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, yang baru saja diberhentikan, dan Menteri Pertahanan James Mattis.
Kedua pembantu Trump ini berpendapat sebaliknya yaitu pasukan AS harus tetap berada di Suriah meskipun ISIS sudah berhasil dikalahkan. Misalnya untuk menghadapi Iran dan mendongkel rezim Suriah itu sendiri.
Trump lebih meyakini uang Amerika digunakan untuk membangun infrastruktur negara. Menurut media Al Jazeera, Trump mengeluhkan besarnya pengeluaran tahunan AS untuk perang di Timur Tengah tapi tidak mendapatkan imbalan apapun.
Lewat cuitannya di akun Twitter @realdonaldtrump, Trump mengkritik uang triliunan dolar atau ribuan triliun pajak seharusnya digunakan untuk membangun negara sendiri dan bukan negara lain.
“Washington menghabiskan uang trilunan dolar membangun negara-negara lain sementara membiarkan infrastruktur kita berantakan. Tidak lagi! Ini saatnya untuk MEMBANGUN. Dan kita akan melakukannya menggunakan TENAGA KERJA Amerika, KEGIGIHAN Amerika dan KEBANGGAAN Amerika,” kata Trump.
Saat berpidato di Ohio kemarin, Trump mengklaim pasukan AS memenangi perang melawan pasukan teroris ISIS sehingga bisa segera pulang.
“Kita menghajar ISIS. Kita akan segera keluar dari Suriah, sesegera mungkin. Biarkan orang lain yang mengurusnya,” kata Trump sambil menambahkan,”Kita harus kembali ke negara kita sendiri.”
AS menaruh sekitar 2000 pasukan, yang mayoritas adalah pasukan khusus. Mereka bekerja bersama pasukan Arab dan Kurdi untuk mengejar kantong-kantong pasukan ISIS di Suriah. Trump sudah menginstruksikan penghentian pelatihan pasukan Kurdi di Suriah.