TEMPO.CO, London – Polisi kontra-terorisme Inggris mengatakan bekas agen ganda asal Rusia, Kolonel Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia, terkena racun syaraf Novichok lewat kontak dengan pintu depan rumahnya.
Informasi sebelumnya mengatakan racun itu menempel di koper milik Yulia. “Kami meyakini Skripal dan putrinya terkena kontak dengan racun syaraf itu dari pintu depan rumah mereka,” kata Dean Haydon, koordinator senior polisi untuk kontra-terorisme Inggris, seperti dilansir Reuters, Rabu, 29 Maret 2018.
Baca: Rusia Tantang Inggris, Buktikan Tidak Menyerang Skripal
Seperti dilansir berbagai media, Skripal dan putrinya ditemukan tergeletak di sebuah pusat perbelanjaan di daerah Salisbury, Inggris selatan. Setelah diperiksa di sebuah rumah sakit, keduanya diketahui terkena racun. Hasil laboratorium Inggris mengatakan itu sejenis racun Novichok, yang diproduksi pada era Uni Sovyet.
Baca: Jerman Usir Diplomat Rusia, Dituduh Terkait Racun di Inggris
Pemerintah Inggris dan negara-negara Barat menuding Rusia sebagai pelakunya. Sebaliknya, Rusia membantah tudingan itu dan belakangan balik menuduh intelijen Inggris sebagai pelakunya.
Konflik ini melebar dengan pengusiran sekitar 150 diplomat Rusia dari Inggris, Amerika Serikat dan berbagai negara Barat lainnya. Total ada 27 negara Barat dan NATO yang mengusir perwakilan Rusia.
Rusia balik mengusir 23 diplomat Inggris dan menjanjikan respon serupa kepada semua negara yang mengusir diplomatnya. Menurut pemerintah Rusia, jika racun itu kaliber militer seharusnya berdampak langsung terhadap Skripal.
Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, mengatakan sebanyak 27 negara telah mengusir diplomat Rusia. “Pengusiran ini menunjukkan perasaan yang tiba-tiba mengkristal dari berbagai negara termasuk dari tiga benua. Cukup sudah,” kata Johnson.
Menurut Johnson Rusia sebaiknya jangan menganggap Inggris dan negara-negara lain sangat bergantung pada impor minyak bumi sehingga lemah secara moral dan tidak berani merespon.
Kementerian Luar Negeri Rusia mendesak pemerintah Inggris untuk membuktikan bahwa mata-matanya tidak terlibat dalam penyerangan racun terhadap Skripal.
Jika bukti itu tidak ada maka kemenlu Rusia akan menganggapnya sebagai serangan terhadap warga Rusia.
“Analisis menyeluruh yang kami lakukan menunjukkan kemungkinan keterlibatan lembaga intelijen Inggris,” begitu bunyi pernyataan kemenlu Rusia seperti dilansir media Reuters, Rabu, 29 Maret 2018.