TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia bisa menyampaikan tanggapan melalui Forum ASEM atas kritik Uni Eropa terhadap industri kelapa sawit, yang disebut mencemari lingkungan.
ASEM atau Asia-Europe-Meeting adalah forum antar negara Asia dan Eropa untuk membicarakan masalah-masalah di dua benua tersebut.
Baca: Kemenlu Libatkan Generasi Milenial Sosialisasikan ASEM
Pembukaan ASEM Day, Selasa, 26 Maret 2018 di Kampus Bina Nusantara.TEMPO/Suci Sekarwati
Baca: Gunung Agung Waspada, Menhub Tetap Gelar KTT ASEM di Bali
Menurut Julang Pujianto, Direktur Amerika II, Kementerian Luar Negeri, tanggapan dan penolakan kelapa sawit Indonesia masuk dalam daftar hitam bisa disampaikan dalam agenda pembahasan ASEM pada tingkat menteri. Dalam forum itu, Indonesia bisa menyampaikan pesan kepentingan Indonesia terhadap industri kelapa sawit.
“Intinya, Indonesia menolak Uni Eropa melakukan diskriminasi terhadap kelapa sawit. Kami mendorong Uni Eropa agar tidak melakukan pelarangan pembelian kelapa sawit Indonesia. Kita lebih senang bekerja sama dalam konteks pengembangan kelapa sawit, yang berkelanjutan. Kalau mereka khawatir dengan lingkungan, kita bisa jawab hal itu,” kata Julang, kepada Tempo, Selasa, 26 Maret 2018, usai pembukaan ASEM Day di Universitas Bina Nusantara.
Julang menjelaskan ASEM merupakan suatu wadah untuk membangun kerja sama ekonomi. ASEM juga suatu forum pertemuan dan melakukan evaluasi sejauh mana kerja sama negara di kedua kawasan berjalan.
Total nilai ekonomi negara anggota ASEM setara 60 persen total perdagangan dan GDP dunia. Banyak bidang kerja sama antara Asia dan Eropa, diantaranya terorisme dan kepemudaan. Negara-negara ASEM berkomitmen memelihara stabilitas politik. Sebab dengan stabilitas ekonomi yang mapan, ekonomi akan berkembang.