TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan ribu kalangan muda Amerika Serikat (AS) pada Sabtu, 24 Maret 2018, berkumpul untuk menuntut pengetatan undang-undang kepemilikan senjata api. Dalam aksi itu, mereka pun memberikan dukungan bagi korban yang selamat dalam penembakan massal di Florida bulan lalu.
Dalam sejarah Amerika Serikat, aksi tersebut adalah yang terbesar yang pernah dilakukan kalangan muda negara Abang Sam dalam beberapa dekade terakhir. Mereka menyerukan kepada anggota parlemen dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar menangani masalah ini dengan serius.
Baca: Tersangka Penembakan di Amerika Serikat Diringkus
Warga menyalakan lilin saat acara berkabung untuk korban penembakan di sekolah Marjory Stoneman Douglas di Parkland, Florida, 15 Februari 2018. AP
Baca: Penembakan di Amerika Serikat, Donald Trump Salahkan FBI
Demonstrasi itu bernama ‘March For Our Lives’. Para demonstran memenuhi Pennsylvania Avenue, Washington. Dalam unjuk rasa damai itu, mereka mendengarkan orasi dari mereka yang selamat dari aksi penembakan massal pada 14 Februari 2018 di Marjory Stoneman Douglas, sebuah SMA di Parkland, Florida.
Di kutip dari Reuters, Emma Gonzales, salah seorang yang selamat dari aksi penembakan itu, naik ke atas panggung dan membacakan 17 nama korban tewas dalam penembakan massal itu. Dia pun memberikan orasi sekitar 6 menit sambil menangis. Dia mengatakan pelaku penembakan telah membantai teman-temanya.
Aksi protes March For Our Lives ditujukan untuk memecahkan kebuntuan legislatif AS yang telah lama menghambat upaya untuk meningkatkan pembatasan penjualan senjata api, di mana penembakan massal seperti yang terjadi di Parkland telah menjadi hal yang sangat umum terjadi.