TEMPO.CO, Jakarta - Pemilu presiden Mesir yang sudah di depan mata mengundang kritik lantaran minimnya kandidat untuk melawan Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi. Pemilu yang rencananya akan diselenggarkan pada 26 Maret – 28 Maret 2018 hanya menghadirkan dua kandidat calon presiden, yakni Presiden Sisi dan Mousa Mostafa Mousa, 65 tahun dari Partai El-Ghad.
Baca: Korban Teror di Masjid Mesir Pendukung Presiden Sisi Basmi ISIS
Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi (kedua kanan), jalani ibadah umroh di Mekkah, Arab Saudi, 11 Agustus 2014. AP/Middle East News Agency
Baca: Abdel Fattah al-Sisi Dijagokan Jadi Presiden Mesir
Sebelum naik posisi menjadi orang nomor satu di Mesir, Sisi adalah menteri pertahanan Mesir. Dia yang memimpin kudeta mantan presiden Muhammad Morsi pada 2013. Dia juga mengobrak-abrik dan menangkapi para pemimpin kelompok Ikhwanul Muslimin atau IM. Bukan hanya itu, terhitung sejak Juli 2013, ribuan pendukung kelompok IM juga ditahan.
Tak lama setelah Morsi terguling atau pada 26 Maret, Sisi mengundurkan diri dari posisinya dan mengumumkan pencalonanya sebagai presiden Mesir. Pada 3 Juni 2013, Sisi resmi dinyatakan sebagai Presiden Mesir dengan raihan 96.9 persen suara.
Sisi juga dikenal sebagai orang yang menyeret mantan presiden Mesir, Hosni Mubarak ke pengadilan, namun membebaskannya. Dikutip dari situs al-Jazeera, Sisi telah menggambarkan dirinya dan militer Mesir sebagai pengawal keinginan masyarakat, dimana pernyataan ini beberapa kali disampaikannya dalam pidatonya yang ditujukan kepada masyarakat Mesir.
Sisi, 64 tahun, menikahi Entissar Amer pada 1977 dan dikaruniai empat orang anak. Dikutip dari www.edition.cnn.com Sisi merupakan lulusan Akademi Militer Mesir pada 1977. Dia tercatat pernah bersekolah di Joint Command and Staff College di Inggris dan Army War College di Pennsylvania, Amerika Serikat.
Seperti kebanyakan perwira tinggi Mesir lainnya, Sisi mengidolakan mantan presiden Mesir yang sangat nasionalis, Gamal Abdel Nasser. Para pendukung Sisi membandingkan tantangan yang dihadapi Sisi menyusul derasnya tekanan internasional terhadap Mesir dengan tindakan-tindakan yang dilakukan Nasser. Kini publik Mesir dan dunia menantikan apakah Sisi akan kembali terpilih menjadi orang nomor satu di Mesir mengalahkan satu-satunya lawan, Mousa Mostafa Mousa.