TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat setuju menjual senjata ke Arab Saudi senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,8 triliun.
Kesepakatan itu dicapai setelah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman melakukan kunjungan ke Amerika Serikat, Selasa, 20 Maret 2018. Keterangan tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri AS di depan anggota Kongres seperti dikutip Middle East Monitor.
Baca: Arab Saudi Beli Senjata Amerika Serikat Senilai Rp 742 Triliun
General Dynamic membangun 77 tank M1A2 untuk angkatan darat Amerika Serikat, 315 tank untuk Saudi Arabia, dan 218 untuk Kuwait. Amerika Serikat memodernisasi 600 tank M1 menjadi M1A2 antara 1996 dan 2001. pengimiman tank M1A2 mulai 1998. Modernisasi yang terlihat secara fisik dari luar adalah desain ulang Commander's Weapon Station (CWS) dan Commander's Independent Thermal Viewer (CITV) di sisi kiri turet. military.com
Nilai sebesar itu sudah termasuk 6.700 rudal antitank dan pendukungnya, biaya perawatan dan suku cadang untuk tank, helikopter, serta alat perang lainnya. "Seluruh perlengkapan tempur itu siap di Arab Saudi," tulis Middle East Monitor.
Pada awal perjalanan bin Salman ke Amerika Serikat, Presiden Donald Trump meminta agar Arab Saudi bersedia membagi kekayaannya. "Arab Saudi adalah bangsa sangat kaya dan mereka bersedia memberikan sebagian kekayaanya dalam bentuk pekerjaan dan membeli peralatan perang terbaik di dunia," kata Trump kepada bin Salman.
Baca: Arab Saudi Beli Senjata Amerika Serikat Seharga Rp 1.400 Triliun
Qatar telah menandatangani pembelian 36 pesawat tempur F-15 rancangan McDonnell Douglas (kini Boeing). Negara lain di luar Amerika Serikat yang telah memiliki pesawat tempur canggih ini adalah Jepang, Arab Saudi, dan Israel. AFP/Fayez Nureldine
Pembelian senjata Arab Saudi ke Amerika Serikat ini sangat ditakutkan oleh kelompok hak asasi manusia. Mereka berkali-kali mengencam. Menurutnya, senjata yang dijual Amerika Serikat dan Inggris digunakan oleh Arab Saudi untuk melanggar hak asasi manusia di Yaman. "Negeri kerajaan itu telah melakukan kejahatan perang."