TEMPO.CO, Jakarta - Pagi itu, Jumat, 23 Maret 2018, waktu setempat, ribuan orang bergerak bersama dalam lomba lari maraton Palestina yang digelar di Bethelehem, Tepi Barat. Israel menghalang-halangi.
Laporan Al Jazeera menyebutkan, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, lomba lari keenam kali yang digelar pada Jumat itu diikuti oleh sekitar 7.000 orang dari seluruh warga di Tepi Barat dan Yerusalem serta dari berbagai negara.
Lihat Foto: Warga Palestina Ikuti Lari Maraton di Dekat Tembok Pembatas Israel
Seorang peserta lomba Maraton Palestina berlari di dekat tembol pembatas yang dibangun Israel di Bethlehem, Tepi Barat, 23 Maret 2018. REUTERS/Mussa Qawasma
"Banyak peserta asing memanfaatkan event ini sebagai kesempatan kunjungan pertama dan menyaksikan langsung kehidupan warga Palestina," tulis Al Jazeera, Sabtu, 24 Maret 2018.
Seorang peserta dari Inggris, Deena, 29 tahun, mengatakan, "Ini adalah hari fantastik, saya bisa di sini dan berdiri bersama warga Palestina."
"Kami berjalan di sepanjang tembok, kami melihat tanah yang terpisah. Kami melihat kamp pengungsi Aida dan kemiskinan di sana, tapi kami juga merasa betapa indahnya warga Palestina. Ini kesempatan pertama kami di Palestina dan saya merasa malu karena tidak tahu apa-apa. Saatnya menunjukkan betapa pentingnya solidaritas," ucap Deena.
Sejumlah peserta berlari di dekat tembok pembatas Israel saat ikut ambil bagian ajang lari maraton Palestina di kota Bethlehem di Tepi Barat, Palestona, 31 Maret 2017. REUTERS
Sayangnya, aksi olahraga damai ini dihambat oleh pasukan pendudukan Israel dengan memasang barikade di sejumlah titik. Menurut lembaga PBB urusan kemanusiaan, Israel memasang sekitar 500 rintangan di sejumlah jalan di Tepi Barat.
Baca: Palestina Terancam Pecah, Hamas Dituding Serang Perdana Menteri
Meskipun demikian, tidak menghalangi para peserta terlibat dalam lomba lari maraton tersebut. Untuk menempuh jarak 42 kilometer, para pelari harus melewati dua putaran guna menghindari pos penjagaan militer Israel atau daerah pendudukan.
Peserta lain memanfaatkan kegiatan ini dengan membawa spanduk bersisi kecaman terhadap Israel atas pelanggaran hak asasi manusia. "Maraton ini juga cara mempromosikan pariwisata di Palestina," tulis Al Jazeera melaporkan. Dari 7.000 peserta yang ikut lomba lari maraton Palestina ini, pelari asal Ukraina, Yuri Vladigier, berhasil menjadi pemenang.