TEMPO.CO, Jakarta - Saif al-Islam Gaddafi, putra mantan Presiden Libya Muammar Gaddafi, akan mengikuti pemilihan presiden Libya tahun ini. Demikian kabar yang diperoleh Al Jazeera dari juru bicara Saif al-Islam.
Kabar tersebut disampaikan langsung oleh juru bicara Saif al-Islam, Ayman Boras, pada Senin, 19 Maret 2018, dalam acara jumpa pers di Tunisia. Menurut Boras, visi yang akan diusung Saif al-Islam adalah memulihkan negara Libya, membuatnya bagi setiap orang.
Baca: Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan
Ratusan warga Libya merayakan ulang tahun keempat revolusi setelah menggulingkan rezim Moamer Kadhafi di Martyrs square, Tripoli, 17 Februari 2015. Kadhafi digulingkan dan dibunuh oleh NATO pada 2011. MAHMUD TURKIA/AFP/Getty Images
Sejak dibebaskan dari penjara pada 2017, keberadaan Saif al-Islam sulit diketahui. Namun demikian, Boras mengatakan bahwa dia berada di Libya dan siap menjadi bagian dari proses politik untuk membangun Libya.
"Pengumuman keikutsertaan Saif al-Islam dalam pemilu mendatang menuai komentar beragam," tulis Al Jazeera, Kamis, 22 Maret 2018.Tentara nasional Libya berlari sambil memegang RPG saat bertempur dengan militan ISIS di Khreibish, Benghazi, Libya, 9 November 2017. REUTERS/Esam Omran Al-Fetori
Salah satu komentar itu berasal dari Mohammad al-Darrat, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Libya (HoR) yang bermarkas di Tobruk. Dia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa niat Saif al-Islam mencalonkan diri tidak patut mendapatkan perhatian, seraya menegaskan bahwa rezim Gaddafi telah pergi untuk selamanya.
Baca: Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS
"Jika Saif al-Islam ingin kembali berkuasa, apa intinya revolusi?" kata al-Darrat.
Dia menambahkan, kekuatan internasional dan regional tidak tertarik mendukung kembalinya dia ke pemerintahan sejak bekas rezim Libya pergi. Tetapi pengamat politik, Kamel al-Merash, justru berpikir sebaliknya. Dia percaya bahwa tidak semua rakyat Libya menentang atau mendukungnya.