Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

10 Negara Termasuk Indonesia Pernah Dibantu Cambridge Analytica

image-gnews
Ilustrasi Pemilu. TEMPO/Subekti
Ilustrasi Pemilu. TEMPO/Subekti
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan data Facebook oleh perusahaan konsultan politik asal Inggris, Cambridge Analytica diduga tidak hanya mempengaruhi kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS pada 2016. Laporan First Post pada 22 Maret 2018, menyebutkan bahwa Cambridge Analytica diduga membantu memenangkan beberapa partai dan politisi di lebih dari 10 negara di seluruh dunia.

Baca: Begini Cambridge Analytica Manfaatkan Data Facebook

1. Republik Czech

Beberapa politisi di negara-negara Eropa pernah menjadi klien Cambridge Analytica. Salah satunya Republik Czech namun eksekutif perusahaan Mark Turnbull tidak menyebutkan politisi atau partai apa yang dibantunya.

2. Italia

Pada 2012,Cambridge Analytica bekerja pada pemilu Italia untuk membantu memenangkan partai politik yang bangkit kembali pada tahun 1980-an.

3.Ukraina

Partai di Ukraina, juga merupakan klien Cambridge Analytica pada pemilu 2004 dan juga pemilu baru-baru ini perusahaan itu membawa Presiden pro-Barat Viktor Yushchenko berkuasa.

4. Kenya

Cambridge Analytica digunakan dua kali untuk membantu mengamankan kemenangan bagi Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta yakni pertama pada tahun 2013, kemudian lagi pada tahun 2017.

Dalam video yang difilmkan secara rahasia, Mark Turnbull, seorang direktur pelaksana untuk Cambridge Analytica dan perusahaan lain, SCL Elections, mengatakan kepada tim penyidik investigasi Channel 4 News yang menyamar, bahwa perusahaannya secara rahasia mengadakan kampanye yang dimenangkan oleh Kenyatta.

Dengan adanya laporan tersebut, koalisi oposisi utama negara itu - Aliansi Super Nasional (Nasa) - telah menyerukan penyelidikan penuh.

"Ini adalah perusahaan kriminal yang jelas ingin menumbangkan keinginan rakyat  melalui manipulasi, melalui propaganda," kata Norman Magaya, anggota koalisi Nasa.

Baca: Investor Tuntut Facebook ke Ranah Hukum

5. Nigeria

Laporan menunjukkan bahwa perusahaan analisis data itu juga memainkan peran kontroversial dalam pemilihan presiden Nigeria 2015.

Cambridge Analytica dilaporkan disewa oleh miliarder Nigeria untuk bekerja pada kampanye pemilihan kembali presiden yang dipilih oleh Goodluck Jonathan.

Para saksi mengatakan bahwa Cambridge Analytica kemudian menawarkan materi dari peretas komputer Israel di tengah kampanye pemilihan di Nigeria. Cambridge Analytica dibayar sekitar 2 juta poundsterling untuk mengatur kampanye untuk menjatuhkan Buhari.

6. Meksiko

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada Juli 2017, Cambridge Analytica mengungkapkan bahwa mereka telah bekerja sama dengan aplikasi telepon di Meksiko dan Kolombia bernama Pig.gi, yang memberikan layanan gratis kepada pengguna dalam pertukaran untuk menonton iklan dan ikut survei. Dengan begitu Cambridge Analytica bisa mengambil data dari Pig.gi untuk membantu seorang kandidat dalam pemilihan presiden Meksiko.

Secara terpisah, dilaporkan pada Oktober tahun lalu bahwa kepala operasi untuk Cambridge Analytica di Meksiko, Arielle Dale Karro, telah memasang iklan di halaman Facebook untuk orang asing yang tinggal di negara tersebut.

Postingan itu mencari orang "dengan pengalaman politik yang signifikan" yang tertarik untuk menjadi manajer kampanye di salah satu dari delapan negara bagian Meksiko. Cambridge Analytica kemudian membantah bahwa Karro melakukan pekerjaan politik untuk perusahaan.

7. Brasil

Cambridge Analytica dilaporkan mencari calon klien dalam pemilihan presiden Brasil yang akan berlangsung akhir tahun ini. CA Ponte, kemitraan antara Cambridge Analytica dan perusahaan konsultan Brasil Ponte Estrategia, telah berhubungan dengan perwakilan dari tiga calon potensial.

8. India

Cambridge Analytica di India telah menawarkan jasa manajemen kampanye politik. Partai politik utama India, Partai Bharatiya Janata (BJP) merupakan salah satu kliennya.

Himanshu Sharma, wakil presiden perusahaan di India mengatakan berhasil mengelola empat kampanye pemilihan untuk BJP. Di antaranya pemilihan umum 2014 yang membawa Perdana Menteri Narendra Modi ke tampuk kekuasaan.

Baca: Christopher Wylie, Pengungkap Aib Pencurian Data di Facebook

9. Malaysia

Malaysia disebut sebagai salah satu negara tempat Cambridge Analytica beroperasi, memicu debat nasional besar menjelang pemilihan umum tahun ini.  Situs web perusahaan dilaporkan menyatakan bahwa mereka mendukung koalisi Perdana Menteri Najib Razak, Barisan Nasional (BN) selama kampanye pemilihan di negara bagian Kedah pada tahun 2013.

Baik Najib maupun BN membantah telah menggunakan jasa perusahaan tersebut.

10. Indonesia

Pada pemilu 1999 salah satu partai besar di Indonesia pasca reformasi dilaporkan meminta bantuan Cambridge Analytica. Seperti dilansir Vox pada 21 Maret 2018, perusahaan itu menggunakan kantor dengan set yang terinspirasi dari film Hollywood untuk mempropagandakan politisi yang didukungnya.

CA melalui SCL mencoba untuk menempatkan cerita di sebuah makalah Indonesia berdasarkan dokumen pemerintah yang diakui namun kenyataannya palsu. Dan, bagaimana berulang kali mencoba untuk beroperasi melalui kelompok-kelompok amal yang dibentuknya. SCL juga melakukan hal-hal yang lebih standar seperti meringkas laporan berita untuk kliennya dan menempatkan iklan TV.

SCL mendirikan pusat operasi dengan komputer dan layar TV yang dirancang agar terlihat cukup mengesankan. Dinamakan Per the Observer, ruangannya tampak seperti suasana dalam  film James Bond 1995 Goldeneye. SCL menyewa perusahaan yang membuat film Goldeneye iuntuk mendirikan pusat operasi itu.

Beberapa negara lain yang diduga pernah dibantu Cambridge Analytica, baru-baru ini dituding menyalahgunakan lebih dari 50 juta akun Facebook untuk pemilu AS, termasuk Thailand, Trinidad dan Tobago, St Kitts dan Nevis, Afrika Selatan dan Kolombia.

FIRST POST|MALAYMAIL ONLINE|THE DENVER POST|INDIA EXPRESS|ASIA ONE|BUSINESS INSIDER|INDEPENDENT|VOX

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Lebih dari 533 Juta Data Pengguna Facebook Bocor, 130.331 Akun dari Indonesia

4 April 2021

Logo Facebook
Lebih dari 533 Juta Data Pengguna Facebook Bocor, 130.331 Akun dari Indonesia

Lebih dari 533 juta data pengguna Facebook dari 106 negara tersebar secara online dengan gratis.


Tips Teknologi: Menghapus Permanen Data dari Facebook

29 Juli 2019

Ilustrasi Facebook. (AP Photo/Richard Drew)
Tips Teknologi: Menghapus Permanen Data dari Facebook

Tips cara menghapus aku Facebook Anda secara permanen, atau jika Anda ingin istirahat sejenak dari Facebook.


Kasus Cambridge Analytica, Facebook Didenda 5 Miliar USD

14 Juli 2019

Logo Facebook
Kasus Cambridge Analytica, Facebook Didenda 5 Miliar USD

Denda senilai sekitar Rp 70 triliun ini dinilai terlalu kecil untuk Facebook.


Facebook Hadapi Investigasi Kriminal Baru Atas Transaksi Data Pengguna

15 Maret 2019

CEO Facebook Mark Zuckerberg tiba untuk bersaksi di depan sidang bersama Komite Perdagangan dan Energi di Capitol Hill di Washington, 10 April 2018. (AP Photo, Alex Brandon)
Facebook Hadapi Investigasi Kriminal Baru Atas Transaksi Data Pengguna

Jaksa federal menyelidiki potensi tindak pidana kesepakatan pembagian data antara Facebook dengan dua produsen smartphone .


Penyalahgunaan Data Facebook, Kominfo: Indonesia Tak Terdampak

11 Juli 2018

Facebook Buka Kantor di Indonesia
Penyalahgunaan Data Facebook, Kominfo: Indonesia Tak Terdampak

Kominfo menyatakan tidak ada pengguna Facebook Indonesia yang datanya terdampak kasus Cambridge Analytica.


Eks Bos Cambridge Analytica Akui Terima Data Facebook

7 Juni 2018

Alexander Nix, eks CEO Cambridge Analytica saat tiba di kantor Cambridge Analytica di London, Inggris, 20 Maret 2018.[REUTERS/Henry Nicholls]
Eks Bos Cambridge Analytica Akui Terima Data Facebook

Mantan Direktur Cambridge Analytica mengakui bahwa perusahaannya telah menerima data pengguna dari peneliti berisi rincian pribadi pengguna Facebook.


Penyalahgunaan Data, Bos Facebook Minta Maaf kepada Uni Eropa

23 Mei 2018

CEO Facebook Mark Zuckerberg tiba untuk bersaksi di depan sidang bersama Komite Perdagangan dan Energi di Capitol Hill di Washington, 10 April 2018. (AP Photo, Alex Brandon)
Penyalahgunaan Data, Bos Facebook Minta Maaf kepada Uni Eropa

Chief Executive Facebook Mark Zuckerberg meminta maaf kepada regulator Uni Eropa karena penyalahgunaan data media sosial tersebut oleh pihak tertentu.


Pembocor Data Facebook, Cambridge Analytica Ajukan Pailit

20 Mei 2018

Ekspresi pendiri Facebook Mark Zuckerberg, saat akan menerima gelar Doktor kehormatan di Bidang Hukung dalam acara 366th Commencement Exercises di Universitas Harvard, Cambridge, Massachusetts, 25 Mei 2017.   REUTERS/Brian Snyder
Pembocor Data Facebook, Cambridge Analytica Ajukan Pailit

Cambridge Analytica mengajukan pailit setelah terbongkarnya skandal kebocoran data Facebook.


Facebook Tangguhkan 200 Aplikasi Akibat Kasus Cambridge Analitica

15 Mei 2018

CEO Facebook Mark Zuckerberg tiba untuk bersaksi di depan sidang bersama Komite Perdagangan dan Energi dari Dewan Perwakilan Rakyat AS, di Capitol Hill di Washington, 10 April 2018.  Mark Zuckerberg menyatakan penyesalannya karena mengizinkan aplikasi pihak ketiga untuk mengambil data dari para pengguna Facebook tanpa izin mereka. (AP Photo/Carolyn Kaster)
Facebook Tangguhkan 200 Aplikasi Akibat Kasus Cambridge Analitica

Facebook menginvestigasi ribuan aplikasi dan tangguhkan 200 aplikasi terkait masalah skandal Cambridge Analityca


Siang Ini, Dua Lembaga Gugat Facebook ke PN Jakarta Selatan

7 Mei 2018

Logo Facebook
Siang Ini, Dua Lembaga Gugat Facebook ke PN Jakarta Selatan

Dua lembaga berencana melayangkan gugatan kepada Facebook atas kasus skandal penyalahgunaan data yang melibatkan data masyarakat Indonesia.