TEMPO.CO, Jakarta - Mengembangkan hubungan ekonomi antara Indonesia dengan negara-negara Afrika dihantui tantangan. Dua hal yang menjadi tantangan terberat yakni, persepsi masyarakat Indonesia dan keamanan di negara-negara Afrika.
Baca: Afrika, Prioritas Penjualan Produk Industri Strategis 2017
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, kiri, dan Daniel Simanjuntak, Direktur Afrika Kemenlu, kanan, memberikan keterangan pers mengenai pelaksanaan Indonesia-Afrika Forum atau IAF di pada 10 April dan 11 April di Bali. TEMPO/Suci Sekarwati
Baca: Afrika Selatan Pintu Masuk Produk Indonesia ke Lima Negara
Daniel T.S. Simanjuntak, Direktur Afrika, Kementerian Luar Negeri, tidak menampik adanya persepsi tertentu masyarakat terhadap negara-negara Afrika. Sedang terkait masalah keamanan dan stabilitas politik, Daniel pun mengakui ketika suatu investasi akan dikucurkan risiko politik pasti akan dievaluasi. Misalnya secara teknis, untuk pinjaman uang, bunganya akan menjadi tinggi. Untuk itu, penyelenggaraan Indonesia – Afrika Forum pada 10 April dan 11 April 2018 diharapkan bisa mencari solusi dalam menaklukkan tantangan-tantangan tersebut.
Terkait tantangan bidang keamanan, Daniel menekankan perlunya melihat kasus per kasus. Sebab tidak semua wilayah di Afrika berbahaya, tetapi ada beberapa daerah yang aman sehingga yang diperlukan adanya dorongan dan detail wilayah-wilayah aman negara-negara Afrika.
“Pandangan yang kurang positif, yang kadang memang perlu diubah. Dalam semangat kemitraan, Kementerian Luar Negeri Indonesia telah mengambil inisiatif, namun saat yang sama perlu juga keterbukaan dari pihak negara-negara Afrika dan tekad kuat kedua belah pihak mencari terobosan,” kata Daniel, Kamis, 23 Maret 2018 di Jakarta.
Dia mengatakan, sudah ada beberapa pihak swasta Indonesia yang sudah masuk ke pasar negara-negara Afrika dan ini harus di apresiasi. Akan tetapi, pemerintah Indonesia telah meningkatkan harapan karena negara yang ekonominya kuat di masa depan maka out bond investasi juga besar.
Meyakinkan para pengusaha Indonesia untuk membuka pintu kerja sama dengan negara-negara Afrika, disebut Daniel bukan hanya tugas Kementerian Luar Negeri di Jakarta, tetapi juga kantor-kantor perwakilan Indonesia. Caranya, dengan berkomunikasi dengan Kadin, bahkan menyampaikan langsung kepada pengusaha atau BUMN mengenai berbagai potensi yang ada di negara-negara Afrika.