TEMPO.CO, Jakarta - Keterbatasan tidak menghalangi Antoni Tsaputra, seorang difable, untuk mengejar mimpi. Pemuda asal Padang, Sumatera Barat ini, penuh prestasi meski hanya bisa menggerakkan kepala, tangan dan jari-jarinya secara terbatas.
Dalam wawancara dengan Tempo, pada Selasa, 20 Maret 2018, Antoni menceritakan sejak kecil menderita physical impairment berat. Evaluasi medis mendiagnosa dia memiliki muscular dystrophy, yang membuat fungsi otot dan gerak menurun secara degenerative.
Baca: Anies Baswedan Janjikan Penyandang Disabilitas Jadi Pegawai DKI
Antoni Tsaputra, penyandang disabilitas asal Padang yang sedang melanjutkan kuliah S3 di Australia. Keterbatasan jelas bukan halangan baginya untuk mengejar cita-cita. Dok.Pribadi
Baca: Penyandang Cacat Diberi Kemudahan Bersaksi di Pengadilan
Saat ini, Antoni masih berkuliah di Universitas New South Wales, Australia mengambil program Doktor dengan beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP. Dia menargetkan bisa merampungkan kuliahnya pada Maret 2019.
Sebelumnya, Antoni kuliah S2 di Griffith University di Brisbane, Australia bidang Journalism and Mass Communication. Kuliah ini dibiayai oleh pemerintah Austaralia melalui Australia Award. Antoni, menyelesaikan S1 di Universitas Andalas Padang bidang Sastra Inggris, dengan beasiswa Bung Hatta.
“Untuk GPA S2 saya, 6.70 dengan 95% nilai courses yang diambil high distinction. Untuk S3 tidak ada GPA, yang ada peringkat assessment untuk annual review dan sejauh ini diberikan kategori teratas,” kata Antoni.
Hidup di negeri orang dengan keterbatasan gerak tubuh, dibuktikan Antoni bukan perkara besar baginya. Dia mengatakan kursi roda elektrik memudahkannya dalam bergerak. Sedangkan untuk mandi, berpakaian dan makan dibantu oleh istrinya. Sedangkan untuk pindah dari dan ke kursi roda dia dibantu dengan lifting hoist semacam alat bantu gendong.
Antoni rupanya mengagumi sosok Stephen Hawking, fisikawan jenius dari Inggris, yang juga penyandang disabilitas. Dia mengatakan Hawking adalah salah satu sosok yang menginspirasi buatnya. Tidak hanya karena latar belakang difablenya yang hampir sama dengan Hawking, tetapi karena pemikirannya yang revolusioner dan perseverance dan persistence untuk melahirkan pengetahuan.
Kepada para difable lainnya, Antoni pun menyerukan agar terus menyebarkan virus positif bahwa difabel mampu berkontribusi dan berperan di tengah masyarakat dan berprestasi di bidang apapun dengan cara yang bisa dilakukan para difabel.